1. Proses
Perencanaan
2.
Proses perencanaan atau planning adalah bagian dari daur kegiatan manajemen yang terutama berhubungan dengan pengambilan
keputusan (decision making)untuk masa depan, baik jangka
panjang maupun jangka pendek, sehubungan dengan pokok pertanyaan: apa, siapa,
bagaimana, kapan, di mana, dan berapa, baik sehubungan dengan lembaga yang
dimanajemeni maupun usaha-usahanya.
3.
Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam perencanaan
korporat, perencanaan
strategis, atau perencanaan jangka panjang. Bisa juga
dilakukan per divisi atau unit
bisnis stategis menjadi rencana divisi atau anak perusahaan tertentu di dalam suatu
korporasi yang lebih besar. Bisa juga dilakukan per fungsi baik di dalam
korporasi, di dalam divisi maupun unit bisnis individual, misalnya rencana
fungsi pemasaran, rencana fungsi keuangan, rencana fungsi produksi dan distribusi, dan rencana fungsi personalia.
Bagaimana pun lingkup perencanaan yang dilakukan, pokok pertanyaan yang
dipikirkan sama saja: apa, siapa, bagaimana, kapan, di mana, dan berapa.
Perbedaannya menyangkut metode yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu.
Karakter atau Pendekatan Dasar
Proses Perencanaan
- Dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini mendesak bagian bawah bekerja sesuai kemauan atasan di dalam perencanaan tanpa memedulikan situasi nyata bagian bawah. Waktu perencanaan bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal yang terlewatkan karena sempitnya forum informasi dan komunikasi. Biasanya menimbulkan kepatuhan yang terpaksa namun untuk sementara waktu efektif.
- Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Kelemahannya memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk perencanaan. Diperlukan pengembangan budaya perusahaan yang sesuai.
Unsur-unsur Proses Perencanaan
Beberapa
unsur di bawah ini terdapat dalam proses perencanaan manapun, kendati lingkup
dan metodenya berbeda. Bisa luas, bisa kecil. Bisa kompleks, bisa sederhana.
Walau demikian baik jika dikenali dengan lebih jelas.
Audit Situasi
Audit situasi dilaksanakan dengan memeriksa data
prestasi beberapa masa yang lalu. Prinsipnya adalah untuk mendapatkan informasi
pengenalan diri sendiri saat ini di sini dengan segala dimensinya: apa, siapa,
mengapa, untuk apa, di mana, bagaimana, berapa? Mendaftar berbagai aspek kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal yang
diketahui.
Selanjutnya teknik forecasting secara statistik biasanya digunakan untuk melihat
ekstapolasi kecenderungan data ke masa depan dalam situasi konstan seperti pada
masa lalu. Tetapi situasi tidak akan tetap sama karena adanya perubahan.
Perubahan-perubahan masa depan diantisipasi dengan berbagai teknik riset masa
depan.
Riset
Masa Depan
Adalah
usaha untuk memperkirakan situasi lingkungan eksternal masa depan yang akan
dihadapi. Tujuan riset masa depan (future research) adalah
mengenali dan mempertimbangkan dampak dari kecenderungan perkembangan
faktor-faktor dalam ekonomi
makro, bidang industri atau jasa, politik, perubahan sosial, teknologi, budaya dan gaya hidup
masyarakat,
keamanan dan lain sebagainya, apakah positif ataukah negatif. Juga diperkirakan
situasi persaingan. Apa yang akan dikerjakan pemain
dan pesaing lama? Berapa banyak pemain dan pesaing baru akan terjun di lapangan
(pasar)? Dampak positif berarti peluang (opportunities) bagi pengembangan karya
yang perlu ditangkap dan dimanfaatkan. Dampak negatif berarti ancaman
(threats), hambatan atau kendala bagi kemajuan. Maka perlu diatasi.
Asumsi-asumsi
Gabungan
audit situasi (internal) dan riset masa depan (eksternal) yang dipadukan dengan
melakukan metode Analisis
SWOT
menghasilkan asumsi-asumsi atau pengandaian situasi atas berbagai faktor
variabel. Data basis yang diperoleh di sini seolah-olah siap memberi penjelasan
pada setiap pertanyaan: mengapa.
Visi
Visi adalah proyeksi gambaran diri pada masa depan dengan segala
dimensinya berdasarkan data realitas sekarang, dan berbagai kecenderungan baik
internal maupun eksternal. Visi bisa dikatakan impian berdasarkan kenyataan.
Bukan gambaran yang muluk-muluk tanpa dasar. Di sini ditampung data verbal
mengenai nilai-nilai, harapan dan aspirasi setelah paparan situasi sekarang dan
kecenderungan masa depan. Mau jadi apa dan bagaimana ke depan? Visi menjadi
pengikat komunitas jika merupakan visi bersama, yang dibentuk secara
bersama-sama.
Tujuan, Sasaran, Target
Untuk
mewujudkan Visi kemudian secara terasering (cascade) menurut kedudukan
dalam sistem dilaksanakan penjabaran apa yang hendak dicapai menjadi ketentuan
tujuan, sasaran dan target yang terukur dalam kurun waktu tertentu. Biasanya
untuk perumusan tujuan, sasaran dan target digunakan prinsip SMART: apakah
pernyataan tujuan, sasaran, target sudah Spesifik-sistematik, Measurable,
Attainable, Realistic, dan Time-framed?
Policy atau kebijakan
Perumusan
policy atau kebijakan dasar dimaksudkan sebagai garis
pedoman mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan, sasaran, target. Ini memberi warna dasar pada
semua rencana usaha, misalnya orientasi pada kepuasan konsumen yang harus dipertimbangkan di dalam
semua rencana strategi dan taktis.
Rencana
Strategi
Garis
besar ketentuan mengenai bidang-bidang utama mengenai pengembangan
bisnis dan
organisasi, pembaruan dan pengembangan
produk, strategi
persaingan
dan pemasaran, strategi keuangan, strategi investasi prasarana dan sarana, strategi
produksi dan strategi sumber daya manusia.
Keunggulan Strategis
Perencanaan yang dengan jelas
merumuskan hal-hal berikut dikatakan sudah mempunyai potensi keunggulan
strategis:
- Visi
- Strategi
- Taktik
- Implementasi
- Operasi
(Kenneth Primozic, Edward Primozic
dan Joe Leben (1991): Strategic Choices: Supremacy, Survival or Sayonara.
McGrawHill).
Pemikiran strategis haruslah
merupakan suatu daur berkesinambungan. Daur itu dimulai dengan pembentukan visi
organisasi, berlanjut dengan penentuan strategi (yaitu tujuan dan garis besar
usaha untuk mewujudkannya) yang menentukan bagaimana visi digunakan untuk
membimbing semua usaha dan karya organisi, kemudian dijabarkan menjadi pelbagai
taktik yang tepat dalam mengaplikasikan strategi, mengarah pada langkah-langkah
implementasi taktik serta tindakan operasional yang harus dilaksanakan dari
hari ke hari dalam organisasi. Tak ada tangga yang boleh dilewatkan di dalam
pemikiran dan perumusan semua itu di dalam daur perencanaan yang
berkesinambungan.
Komitmen
Pada Rencana
Edward Deming terutama mengajarkan
"Constancy of purpose" atau kesetiaan pada maksud dan tujuan yang
hendak dicapai, serta "continuous improvement" artinya perbaikan
berkesinambungan atas pelbagai proses kerja.
Ahli yang lain menegaskan
keterlibatan, konsistensi, sikap konsekuen.
Peninjauan
Ulang Rencana-rencana
Situasi
bisa menyebabkan perubahan bahkan pembongkaran rencana dan memutar daur proses
perencanaan berikutnya. Untuk itu diperlukan kepekaan pada situasi dan
dampaknya (sensibilitas) dengan selalu mengadakan audit situasi dalam kurun
tertentu (kuartal atau semester) dan fleksibilitas dalam arti kesediaan untuk
berubah di setiap jajaran.
-
Pengertian Perencanaan
Pengertian
Perencanaan adalah
cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama
berorientasi pada masa datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan
keputusan – keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.
Beberapa
ahli lain merumuskan perencanaan sebagai mengatur sumber-sumber yang
langka secara bijaksana dan merupakan pengaturan dan penyesuaian hubungan
manusia dengan lingkungan dan dengan waktu yang akan datang. Definisi
lain dari perencanaan adalah pemikiran hari depan, perencanaan berarti
pengelolaan, pembuat keputusan, suatu prosedur yang formal untuk memperoleh
hasil nyata, dalam berbagai bentuk keputusan menurut sistem yang terintegrasi.
Menurut
Wilson, Pengertian Perencanaan merupakan salah satu proses lain, atau
merubah suatu keadaan untuk mencapai maksud yang dituju oleh perencanaan atau
oleh orang/badan yang di wakili oleh perencanaan itu. Perencanaan itu meliputi
: Analisis, kebijakan dan rancangan.
Ciri-ciri pokok dari perencanaan umum mencakup serangkaian tindakan
berurutan yang ditujukan pada pemecahan persoalan-persoalan di masa datang dan
semua perencanaan mencakup suatu proses yang berurutan yang dapat di wujudkan
sebagai konsep dalam sejumlah tahapan.
Karena
tindakannya berurutan, berarti ada tahapan yang dilalui dalam perencanaan,
antara lain :
1.Identifikasi Persoalan;
2.Perumusan
tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target yang kuantitatif;
3.Proyeksi keadaan di masa akan
datang;
4.pencarian dan penilaian berbagai
alternative;
5.penyusunan rencana terpilih.
Syarat-Syarat perencanaan yang baik
:
·
Logis,
masuk akal;
·
Realistik,
nyata;
·
Sederhana;
·
Sistematik
dan ilmiah;
·
Obyektif;
·
Fleksibel;
·
Manfaat;
·
Optimasi
dan efisiensi.
Syarat-syarat perencanaan tersebut
ada karena :
·
Limitasi
dan kendala;
·
Motivasi
dan dinamika;
·
Kepentingan
bersama;
·
Norma-norma
tertentu.
Faktor-faktor dasar
perencanaan :
·
Sumber
daya (alam, manusia, modal, teknologi);
·
Idiologi
dan falsafah;
·
Sasaran
dari tujuan pembangunan;
·
Dasar
Kebijakan;
·
Data
dan metode;
·
Kondisi
lingkungan, sosial, politik dan budaya.
Perencanaan
merupakan hal yang harus kita pahami ketika belajar mengenai Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK). Tanpa memahami makna dari
perencanaan itu sendiri, perencanaan suatu wilayah atau kota tidak akan
berjalan dengan lancar.
Itulah catatan kuliah penulis tentang Pengertian atau definisi Perencanaan disertai dengan ciri - ciri, syarat, tahapan dan faktor perencanaan. Catatan berikutnya adalah tentang Paradigma Perencanaan dan Model - Model Perencanaan, Jenis Perencanaan serta landasan rasional perlunya perencanaan.
Itulah catatan kuliah penulis tentang Pengertian atau definisi Perencanaan disertai dengan ciri - ciri, syarat, tahapan dan faktor perencanaan. Catatan berikutnya adalah tentang Paradigma Perencanaan dan Model - Model Perencanaan, Jenis Perencanaan serta landasan rasional perlunya perencanaan.
Perencanaan
terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan merupakan proses awal dimana manajemen
memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan adalah hal yang
sangat esensial karena dalam kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih
bila dibandng dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, yaitu
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen
tersebeut sebenatnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah
perencanaan
Berikut ini adalah pengertian dan
definisi perencanaan:
Perencanaan
adalah suatu proses yang tidak pernah berakhir. Apabila sebuah rencana telah
ditetapkan, maka dokumen menyangkut perencanaan terkait harus diimplementasikan
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pengambilan keputusan
tentang "apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
1. DEACON; Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan
yang bersifat pokok, yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan
menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
2. DRUCKER Perencanaan adalah suatu proses yang diorganisasi
dan dilaksanakan secara sistematis dengan emnggunakan pengetahuan yang ada
sesuai keputusan yang telah ditetapkan bersam
3. GOETZ; Perencanaan adalah kemampuan memilih satu kemungkinan
dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk
mencapai tujuan.
4. ANONIM; Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang
disusun secara sistematis untuk mencapai yujuan yang telah ditetapkan .
diputuskan bersama
5. GEORGE PICKETT & JOHN J. HANLON; Perencanaan adalah
proses menentukan bagaimana mencapai suatu tujuan begitu tujuan itu ditetapkan
6. STONER ; Perencanaan adalahproses menetapkan sasaran dan
tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi. Perencanaan adalah proses
menetapkan sasaran atau tujuan dan tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan
(goal) tersebut
7. CUNINGHAM; Perencanaan adalah menyelesi dan menghubungkan
pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan
tujuan memvisualisasi dan emformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan
yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan
digunakan dalam penyelesaian
8. HUSEIN UMAR; Perencanaan merupakan kegiatan atau proses
membuat rencana yang kelak dipakai perusahaan dalam rangka melaksanakan
pencapaian tujuannya
Pengertian perencanaan
Dalam
proses manajemen, yang menjadi titik awalnya adalah perencanaan. Jadi
perencanaan sebagai awal kita melakukan proses manajemen sebelum kita melakukan
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan.
Menurut
George R. Terry perencanaan adalah: “planning is the selecting and relating
of fact and the making and using of assumption regarding the future in the
visualization and formulating of proposed activities believed necessary to
achieve desired result”.
Dalam pengertian tersebut bisa kita
simpulkan antara lain:
1.
Perencanaan
merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data dan keterangan
kongkret.
2.
Perencanaan
merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan
kesanggupan melihat ke masa yang akan datang.
3.
Perencanaan
mengenai masa yang akan datang dan menyangkut tindakan-tindakan apa yang dapat
dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.
Pada
intinya perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya
ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu
yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan
rencana kegiatan tertentu.
2.
Fungsi Perencanaan
Robbins dan Coulter menjelaskan
fungsi dari perencanaan sebagai berikut:
1.
Perencanaan
sebagai Pengarah
Perencanaan merupakan upaya untuk
meraih atau mendapatkan sesuatu secara lebih terkoordinasi. Dalam hal ini
perencanaan adalah sebagai pengarah atau guide dalam usaha untuk mencapai
tujuan secara lebih terkoordinasi dan terarah.
2. Perencanaan sebagai
Minimalisasi Ketidakpastian
Pada dasarnya di dunia ini tidak ada
yang tidak mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi membawa
ketidakpastian bagi organisasi. Kadang perubahan tersebut sesuai dengan apa
yang kita inginkan akan tetapi tidak jarang perubahan tersebut tidak sesuai
dengan apa yang kita inginkan. Ketidak pastian inilah yang harus
diminimalisasikan, dengan adanya perencanaan, ketidak pastian yang akan terjadi
di kemudian hari diantisipasi sebelumnya.
3. Perencanaan sebagai
Minimalisasi Pemborosan Sumber Daya
Setiap organisasi pasti membutuhkan
sumber daya, dengan adanya perencanaan, sebuah organisasi di awal sudah
melakukan perencanaan mengenai penggunaan sumber daya sehingga diharapkan tidak
terjadi pemborosan dalam hal penggunaan sumber daya yang ada sehingga
organisasi tersebut bisa meningkatkan tingkat efisiensinya.
4. Perencanaan sebagai
Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas.
Perencanaan berfungsi sebagai
penetapan standar dalam pengawasan kualitas yang harus dicapai oleh organisasi
dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam perencanaan,
perusahaan menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam pengawasan, perusahaan berusaha membandingkan antara tujuan
yang telah ditetapkan dengan realita di lapangan, dan mengevaluasi
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga bisa mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
3. Persyaratan Perencanaan
Suatu perencanaan yang baik tentunya
harus dirumuskan. Perencanaan yang baik paling tidak memiliki berbagai persyaratan
yang harus dipenuhi, yaitu faktual atau realistis, logis dan rasional,
fleksibel, komitmen, dan komprehensif.
Faktual atau realistis. Artinya
bahwa perencanaan yang akan ditetapkan oleh organisasi harus sesuai dengan
fakta dan kondisi tertentu yang akan di hadapi oleh organisasi.Logis dan
rasional. Artinya bahwa perencanaan yang akan dirumuskan dapat diterima oleh
akal (logis) dan rasional sehingga dapat di dilaksanakan.
Fleksibel. Artinya bahwa perencanaan
yang baik bersifat fleksibel dan tidak kaku. Perencanaan tersebut harus bisa
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dimasa mendatang.Komitmen.
Perencanaan yang baik harus merupakan dan melahirkan komitmen terhadap seluruh
anggota organisasi untuk dapat bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan
organisasi. Komprehensif. Artinya bahwa perencanaan yang baik harus menyeluruh
dan mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung
terhadap organisasi. Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan satu
bagian saja, akan tetapi juga mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan
bagian lain dalam organisasi tersebut.
4.
Jenis Perencanaan
Perencanaan mencakup banyak variasi
antara lain:
(1) Misi atau Maksud (Mission
atau Purpose)
Di dalam masyarakat, setiap entitas
mempunyai peran sendiri. Peranan tersebut kemudian menentukan misi atau maksud
dari keberadaan mereka dalam masyarakat tersebut. Kalau mereka tidak mempunyai
misi atau maksud keberadaan, maka entitas tersebut tidak akan mempunyai
eksistensi dalam suatu masyarakat. Misi entitas bisnis biasanya memproduksi
dan/atau mendistribusikan barang atau jasa ekonomis
(2) Tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir dimana
aktivitas atau kegiatan organisasi diarahkan atau ditujukan. Tujuan merupakan
rencana organisasi yang paling dasar. Suatu organisasi secara keseluruhan
mempunyai suatu tujuan, kemudian bagian-bagian dalam organisasi tersebut juga
mempunyai tujuan masing-masing, akan tetapi tujuan dari masing-masing bagian
tersebut harus menyumbang atau mendukung tujuan organisasi secara keseluruhan.
(3) Strategi
Strategi merupakan rencana
umum/pokok untuk mencapai tujuan organisasi melalui alternatif pemilihan
tindakan yang diperlukan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut.
(4) Kebijakan
Kebijakan juga merupakan rencana
karena merupakan pernyataan atau pemahaman umum yang membantu mengarahkan
pengambilan keputusan, khususna cara berfikirnya bukan aksinya. Seringkali
kebijakan merupakan pernyataan tidak tertulis.
(5) Prosedur
Prosedur juga merupakan rencana
karena menetapkan cara penanganan suatu aktivitas di masa mendatang. Prosedur
lebih mengarahkan tindakan, bukannya mengarahkan cara berpikir. Prosedur
menjelaskan secara detail bagaimana suatu aktivitas harus dilakukan.
(6)
Aturan
Aturan merupakan rencana yang
dipilih dari beberapa alternatif, dan harus dilakukan, atau tidak dilakukan.
Aturan mengharuskan tindakan tertentu yang spesifik dikerjakan, atau tidak
dikerjakan, tergantung situasi yang dihadapi. Aturan berkaitan dengan prosedur karena
aturan mengarahkan tindakan, tetapi tidak menyebutkan urutan waktu.
(7) Program
Program merupakan jaringan yang
kompleks yang terdiri dari tujuan, kebijakan, prosedur, aturan, penugasan,
langkah-langkah yang harus dilakukan, alokasi sumber daya dan elemen lain yang
harus diakukan berdasarkan alternatif tindakan yang dipilih. Biasanya modal dan
anggaran dipakai untuk mendukung program.
(8) Anggaran
Anggaran adalah merupakan rencana
yang dinyatakan dalam angka-angka. Anggaran disamping merupakan alat perencanaan,
juga merupakan alat pengendalian.
5. Proses Perencanaan
Proses perencanaan bisa dilihat pada
bagan berikut:Proses perencanaan dimulai dengan mempelajari lingkungan
eksternal organisasi, kemudian dilanjutkan dengan misi, turun lagi ke tujuan
organisasi. Tujuan organisasi merupakan kunci efektivitas organisasi.
Tujuan mempunyai beberapa fungsi:
(1) Tujuan memberikan
dan menyatukan arah kemana organisasi harus bergerak.
(2) Tujuan dan proses
penetapan tujuan akan mempengaruhi perencanaan.
(3) Tujuan dapat
berfungsi sebagai alat motivasi karyawan.
Berdasarkan tujuan organisasi,
perencanaan dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis perencanaan, yaitu:
(1) Perencanaan
Strategis
Perencanaan strategis merupakan
rencana jangka panjang (lebih dari 5 tahun) untuk mencapai tujuan strategis.
Fokus perencanaan ini adalah organisasi secara keseluruhan. Rencana strategis
dapat dilihat sebagai rencana secara umum yang menggambarkan alokasi
sumberdaya, prioritas, dan langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis.
Tujuan strategis biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak.
(2) Perencanaan Taktis
Perencanaan taktis ditujukan untuk
mencapai tujuan taktis, yaitu untuk melaksanakan bagian tertentu dari rencana
strategis. Rencana ini mempunyai jangka waktu yang lebih pendek (1 – 5 tahun)
dibandingkan dengan rencana strategis. Perencanaan taktis biasanya di buat oleh
manajemen puncak dan manajemen menengah.
Tujuan taktis biasanya diturunkan
dari tujuan strategis. Sebagai contoh, suatu perusahaan mempunyai rencana
strategis menstabilkan suplai bahan baku. Rencana taktis kemudian dikembangkan
melalui pembelian bahan baku dari perusahaan pensuplai bahan baku.
(3) Perencanaan
Operasional
Perencanaan operasional diturunkan
dari perencanaan taktis, mempunyai fokus yang lebih sempit, jangka waktu yang
lebih pendek (kurang dari 1 tahun) dan melibatkan manajemen tingkat bawah.
Ada 2 jenis rencana operasional:
a. Rencana Tunggal (sekali pakai)
Rencana tunggal adalah rencana yang
dilakukan sekali pakai, sebagai contoh ketika perusahaan merencanakan ekspansi,
pembuatan pabrik baru, penarikan tenaga kerja baru dan lainnya.
b.Rencana Standing
Rencana standing adalah rencana yang
bisa dipakai berulang-ulang. Rencana standing bisa menghemat waktu dan tenaga
karena rencana ini bisa diterapkan pada situasi yang sama.
6. Perencanaan Situasional
Perencanaan situasional merupakan
perencanaan yang memasukkan alternatif perencanaan yang berbeda. Dapat
dikatakan perencanaan situasional adalah perencanaan cadangan, apabila rencana
A tidak berhasil karena adanya sebab-sebab tertentu maka rencana B dapat
dilaksanakan.
Tahap pertama adalah melakukan
perencanaan seperti biasanya, yang kemudian dikembangkan dengan
mempertimbangkan kejadian-kejadian situasional. Dalam tahap kedua, perencanaan
dilaksanakan, kejadian situasional secara formal diidentifikasikan/dirumuskan.
Indikator kejadian situasional dirumuskan/ditentukan. Jika indikator tersebut
menunjukkan terjadinya kejadian situasional, alternatif rencana situasional
dilakukan. Jika tidak ada kejadian situasional, perencanaan yang semula yang
dilakukan.
Kejadian situasional yang dipilih
merupakan kejadian yang diperkirakan mempunyai efek (dampak) yang paling serius
terhadap pelaksanaan rencana organisasi. Perencanaan situasional terutama
bermanfaat untuk organisasi dengan lingkungan yang dinamis, dimana
ketidakpastian dan perubahan merupakan fenomena yang umum dalam lingkungan
tersebut.
7. Beberapa Alat Bantu Bagi
Perencanaan
Beberapa alat analisis atau model
yang bisa dipergunakan untuk membantu proses perencanaan antara lain Bagan Arus
(Flow Chart), Bagan Gantt (Gantt Chart) dan Jaringan PERT (PERT Network)
(1) Perencanaan dengan
Flow Chart
Pendekatan Flow Chart ini biasanya
dipakai oleh mereka yang mendalami teknik komputer, teknik atau sistem
informasi. Namun pendekatan ini bisa juga dipakai dalam dunia manajemen. Flow
Chart adalah model grafis yang menunjukkan model sistem yang menggambarkan
kejadian yang berkesinambungan dan keputusan ya atau tidak.
Contoh Flow Chart untuk pembelian
buku bacaan
(2) Penjadwalan Melalui
Gantt Chart
Penjadwalan adalah salah satu bagian
penting dalam perencanaan. Ketika kegiatan organisasi begitu banyak dan
berkesinambungan satu dengan yang lainnya, Gantt Chart pada dasarnya membantu
manajer untuk dapat mengaturnya melalui proses penjadwalan. Jadi Gantt Chart
adalah teknik penjadwalan secara grafis atas berbagai rencana kegiatan.
Contoh Gantt Chart
(3) Perencanaan dengan
PERT
PERT adalah singkatan dari Program
Evaluation and Review Technique. PERT merupakan alat Bantu perencanaan melalui
penjadwalan dan penggambaran rencana kerja secara kronologis dan berkelanjutan
bagi pekerjaan yang sifatnya tidak rutin, berskala besar maupun kompleks.
Ada 4 konsep yang harus di pahami
dalam PERT yaitu:
a.
Event atau kejadian
Indikator dari performa pekerjaan
baik sebelum maupun sesudah pekerjaan dilakukan sekaligus juga menunjukkan
apakah suatu pekerjaan lain dapat dilakukan atau sebaliknya berdasarkan
indikator ini.
b.
Activity atau kegiatan
Bagian dari berbagai pekerjaan yang
sedag dalam pengerjaan dari keseluruhan pekerjaan yang berkesinambungan.
c.
Time atau waktu
Menunjukkan perkiraan waktu
pengerjaan dari keseluruhan kegiatan sebagaimana diatur dalam jaringan PERT.
d.
Critical Path atau indikator kritis
Menunjukkan waktu kritis bagi
pengerjaan kegiatan dalam kerangka path yang dapat diterima atau menunjukkan
batas toleransi akan suatu pekerjaan yang dilaksanakan.
8.
Hambatan dalam perencanaan
Perencanaan dan penetapan tujuan
mempunyai kemungkinan hambatan. Selain itu, sering pula pelaksanaan pekerjaan
tidak sesuai dengan yang direncanakan. Keadaan ini bisa timbul karena:
(1) Kurang pengetahuan
tentang organisasi;
(2) Kurang pengetahuan
tentang lingkungan;
(3) Ketidakmampuan melakukan
peramalan secara efektif;
(4) Kesulitan
perencanaan operasi-operasi yang tidak berulang;
(5) Biaya;
(6) Takut gagal;
(7) Kurang percaya diri;
(8) Ketidak sediaan
untuk menyingkirkan tujuan-tujuan alternatif.
Menurut Stoner James (1988) ada 2
jenis hambatan utama terhadap pengembangan rencana yang efektif. Pertama,
adalah perlawanan internal para calon perencana terhadap penetapan sasaran dan
penyusunan rencana untuk mencapainya. Kedua, yang terdapat di luar perencana,
yaitu keengganan dan menolak rencana yang membawa perubahan dalam organisasi.
9.
Cara mengatasi hambatan
Beberapa cara untuk mengatasi
hambatan dalam perencanaan:
(1) Melibatkan para pegawai,
terutama mereka yang terkena pengaruh dalam proses perencanaan.
(2) Memberikan banyak informasi
kepada para pegawai tentang rencana dan kemungkinan akibat-akibatnya sehingga
mereka memahami perlunya perubahan, manfaat yang diharapkan dan apa yang
diperlukan untuk pelaksanaan yang efektif.
(3) Mengembangkan suatu pola
perencanaan dan penetapan yang efektif, suatu “track record” yang berhasil
mendorong kepercayaan kepada para pembuat rencana serta menyebabkan rencana
baru tersebut diterima.
(4) Menyadari dampak dari
perubahan-perubahan yang diusulkan terhadap para anggota organisasi dan
memperkecil gangguan yang tidak perlu.
-
4 Tahap dasar perencanaan
- Menetapkan tujuan atau serangkian tujuan.
Tanpa rumusan dan tujuan yang jelas,
organisasi akan menggunakan sumberdaya secara tidak efektif
- Merumuskan keadaan saat ini.
Tahap
ini memerlukan informasi terutama keuangan dan data statistik, yang didapatkan
melalui komunikasi dalam organisasi
- Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.
Tahap
ini untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan
- Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatn untuk mencapai kegiatan.
Pengembangan
dan pemilihan alternatif kegiatan terbaik
-
Rencana Operasional
·
A. Pegertian perencanaan operasional
Perencanaan operasional umumnya merupakan turunan/terjemahan dari tujuan umum perusahaan dalam rentang waktu tertentu (selama satu tahun umpamanya) berikut rencana stragtegis yang sudah ditetapkan oleh manajemen. Walau demikian perencanaan operasional dapat juga digunakan oleh individu untuk keperluan pribadinya, bahkan dianjurkan agar pekerjaannya terarah dan terorganisir dengan baik.
Perencanaan operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatiannya pada operasi sekarang (jangka pendek) dan terutama berkenaan dengan tujuan mencapai efisiensi.
Perencanaan operasional merupakan kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut. Lingkup perencanaan ini lebih sempit dibandingkan dengan perencanaan strategi.
Rencana operasional (Renop) sekolah merupakan rencana implementasi Rencana stratejik sekolah dalam kurun waktu satu tahun. Renop sering juga disebut Rencana tahunan. Renop berisi langkah-langkah operasional yang akan ditempuh selama satu tahun oleh sekolah, unit-unit, dan atau individu-individu staf dalam rangka mencapai tujuan operasional. Tujuan operasional merupakan jabaran dan tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan stratejik.
Rencana operasional disusun oleh unit-unit atau individu staf yang ada dalam struktur organisasi sekolah dan mengacu pada program yang relevan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Contoh dari rencana operasional antara lain: pengembangan kegiatan kurikuler, pengembangan kegiatan kesiswaan, peningkatan kerjasama dengan masyarakat, dan sebagainya. Rencana operasional berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh masing-masing unit penyusunnya sebagai: (1) penjamin bahwa program pengembangan akan terealisasi dalam kegiatan operasional sekolah sehari-hari, (2) pedoman pelaksanaan kegiatan semesteran, bulanan, mingguan, dan harian, dan (3) justifikasi rinci penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja tahunan.
Perencanaan operasional yang khas :
1. Perencanaan produksi (Production Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan metode dan teknologi yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
2. Perencanaan keuangan (Financial Plans): Perencanaan yang berhubungan dengan dana yang dibutuhkan untuk aktivitas operasional
3. Perencanaan Fasilitas (Facilites Plans): Perencanaan yang berhubungan dengan fasilitas&layout pekerjaan yang dibutuhkan untuk mendukung tugas.
4. Perencanaan pemasaran (Marketing Plans): Berhubungan dengan keperluan penjualan dan distribusi barang/jasa.
5. perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Plans): berhubungan dengan rekruitmen, penyeleksian dan penempatan orang-orang dalam berbagai pekerjaan.
Perencanaan strategi bertugas mendefinisikan tujuan ideal dan tujuan yang bisa dilaksanakan. Sementara itu perencanaan operasional bertugas menerjemahkan kedua macam tujuan tadi bersama kebijakannya kedalam metode, prosedur, dan koordinasi agar tujuan-tujuan tadi dapat direalisasi. Itulah sebabnya mengapa cunningham dalam pidarta mengatakan perencanaan operasional doing things right, dalam perencanaan operasional kita dituntut melakukan sesuatu dengan benar berbeda dengan perencanaan strategi yang menuntut kita untuk melakukan hal yang benar. Mengerjakan sesuatu dengan benar berkaitan dengan pelaksanaan, performan yang ingin dicapai dan hasil. Perencanaan operasional hanya melakukan perintah perencanaan strategi, ia hanya berusaha agar cita-cita dari perencanaan strategi bisa tercapai.
Perencanaan operasional umumnya merupakan turunan/terjemahan dari tujuan umum perusahaan dalam rentang waktu tertentu (selama satu tahun umpamanya) berikut rencana stragtegis yang sudah ditetapkan oleh manajemen. Walau demikian perencanaan operasional dapat juga digunakan oleh individu untuk keperluan pribadinya, bahkan dianjurkan agar pekerjaannya terarah dan terorganisir dengan baik.
Perencanaan operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatiannya pada operasi sekarang (jangka pendek) dan terutama berkenaan dengan tujuan mencapai efisiensi.
Perencanaan operasional merupakan kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut. Lingkup perencanaan ini lebih sempit dibandingkan dengan perencanaan strategi.
Rencana operasional (Renop) sekolah merupakan rencana implementasi Rencana stratejik sekolah dalam kurun waktu satu tahun. Renop sering juga disebut Rencana tahunan. Renop berisi langkah-langkah operasional yang akan ditempuh selama satu tahun oleh sekolah, unit-unit, dan atau individu-individu staf dalam rangka mencapai tujuan operasional. Tujuan operasional merupakan jabaran dan tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan stratejik.
Rencana operasional disusun oleh unit-unit atau individu staf yang ada dalam struktur organisasi sekolah dan mengacu pada program yang relevan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Contoh dari rencana operasional antara lain: pengembangan kegiatan kurikuler, pengembangan kegiatan kesiswaan, peningkatan kerjasama dengan masyarakat, dan sebagainya. Rencana operasional berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh masing-masing unit penyusunnya sebagai: (1) penjamin bahwa program pengembangan akan terealisasi dalam kegiatan operasional sekolah sehari-hari, (2) pedoman pelaksanaan kegiatan semesteran, bulanan, mingguan, dan harian, dan (3) justifikasi rinci penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja tahunan.
Perencanaan operasional yang khas :
1. Perencanaan produksi (Production Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan metode dan teknologi yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
2. Perencanaan keuangan (Financial Plans): Perencanaan yang berhubungan dengan dana yang dibutuhkan untuk aktivitas operasional
3. Perencanaan Fasilitas (Facilites Plans): Perencanaan yang berhubungan dengan fasilitas&layout pekerjaan yang dibutuhkan untuk mendukung tugas.
4. Perencanaan pemasaran (Marketing Plans): Berhubungan dengan keperluan penjualan dan distribusi barang/jasa.
5. perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Plans): berhubungan dengan rekruitmen, penyeleksian dan penempatan orang-orang dalam berbagai pekerjaan.
Perencanaan strategi bertugas mendefinisikan tujuan ideal dan tujuan yang bisa dilaksanakan. Sementara itu perencanaan operasional bertugas menerjemahkan kedua macam tujuan tadi bersama kebijakannya kedalam metode, prosedur, dan koordinasi agar tujuan-tujuan tadi dapat direalisasi. Itulah sebabnya mengapa cunningham dalam pidarta mengatakan perencanaan operasional doing things right, dalam perencanaan operasional kita dituntut melakukan sesuatu dengan benar berbeda dengan perencanaan strategi yang menuntut kita untuk melakukan hal yang benar. Mengerjakan sesuatu dengan benar berkaitan dengan pelaksanaan, performan yang ingin dicapai dan hasil. Perencanaan operasional hanya melakukan perintah perencanaan strategi, ia hanya berusaha agar cita-cita dari perencanaan strategi bisa tercapai.
·
B. Langkah-langkah perencanaan
operasional
Menurut Morphet dalam Made pidarta (2005:101) prosedur yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan operasional:
1. Mengumpulkan informasi dan analisa data
2. Menyelesaikan perubahan dalam bentuk kebutuhan
3. Mengidentifikasi tujuan dan prioritas
4. Membentuk alternatif-alternatif penyelesaian
5. Mengimplementasi, menilai dan memodifikasi
Dalam melakukan perencanaan operasional maka diperlukan langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut merupakan prosedur yang harus diikuti dalam setiap melakukan perencanaan, sebab tanpa prosedur tersebut maka kurang sempurna perencanaan tersebut. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut :
a. Langkah 1: Menetapkan tujuan. Sering sebuah organisasi mempunyai banyak tujuan, maka harus memilih diantara banyak tujuan tersebut, tujuan dapat dirumuskan sesuai dengan maksud misi dan sasaran yang dikehendaki. Tentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki, tujuan yang besar akan sukar dapat dicapai dengan sumber daya yang sangat terbatas, maka harus menetapkan tujuan yang terbaik bagi organisasi.
b. Langkah 2: Memahami atau merumuskan keadaan saat ini. Rencana adalah menyangkut kegiatan dimasa yang akan datang, apa yang dapat dilakukan dimasa yang akan datang sangat ditentukan pula keadaan atau posisi organisasi pada saat ini. Oleh karena itu organisasi harus mengetahui, memahami dan kemudian merumuskan posisinya saat ini. Untuk keperluan itu diperlukan data dan informasi yang relevan dengan tujuan organisasi.
c. Langkah 3: Mengidentifikasikan Kemudahan dan Hambatan. Organisasi harus melakukan identifikasi dan inventarisasi faktor-faktor kemudahan dan hambatan dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan mengetahui kemudahan-kemudahan, organisasi akan dapat memanfaat-kannya peluang tersebut sebaik-baiknya. Sebaliknya dengan mengetahui kemungkinan hambatan, maka organisasi sedini mungkin sudah mempersiapkan untuk menanggulanginya atau mengantisipasinya yang akan dirumuskan dan kemudian dirumuskan pada berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan.
Menurut Louis A. Allen perencanaan terdiri dari kegiatan-kegiatan :
a) Meramalkan, memperkirakan waktu yang akan datang.
b) Menetapkan maksud tujuan (objects) sebagai: hasil akhir yang diharapkan: menentukan tujuan atau sasaran (goals/target).
c) Mengarahkan (programming), menetapkan urutan dari kegiatan-kegiatan yang diperlukan: langkah-langkah yang akan diambil menurut prioritas pelaksananya.
d) Menyusun tata waktu (schedulling), menetapkan urutan waktu yang tepat agar tindakan yang dilakukan dapat berhasil baik.
e) Menyusun anggaran belanja (budgeting), yaitu mengalokasikan sumber-sumber yang tersedia, dinyatakan dalam istilah-istilah keuangan.
f) Memperkembangkan prosedur-prosedur, membuat standar
Menurut Morphet dalam Made pidarta (2005:101) prosedur yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan operasional:
1. Mengumpulkan informasi dan analisa data
2. Menyelesaikan perubahan dalam bentuk kebutuhan
3. Mengidentifikasi tujuan dan prioritas
4. Membentuk alternatif-alternatif penyelesaian
5. Mengimplementasi, menilai dan memodifikasi
Dalam melakukan perencanaan operasional maka diperlukan langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut merupakan prosedur yang harus diikuti dalam setiap melakukan perencanaan, sebab tanpa prosedur tersebut maka kurang sempurna perencanaan tersebut. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut :
a. Langkah 1: Menetapkan tujuan. Sering sebuah organisasi mempunyai banyak tujuan, maka harus memilih diantara banyak tujuan tersebut, tujuan dapat dirumuskan sesuai dengan maksud misi dan sasaran yang dikehendaki. Tentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki, tujuan yang besar akan sukar dapat dicapai dengan sumber daya yang sangat terbatas, maka harus menetapkan tujuan yang terbaik bagi organisasi.
b. Langkah 2: Memahami atau merumuskan keadaan saat ini. Rencana adalah menyangkut kegiatan dimasa yang akan datang, apa yang dapat dilakukan dimasa yang akan datang sangat ditentukan pula keadaan atau posisi organisasi pada saat ini. Oleh karena itu organisasi harus mengetahui, memahami dan kemudian merumuskan posisinya saat ini. Untuk keperluan itu diperlukan data dan informasi yang relevan dengan tujuan organisasi.
c. Langkah 3: Mengidentifikasikan Kemudahan dan Hambatan. Organisasi harus melakukan identifikasi dan inventarisasi faktor-faktor kemudahan dan hambatan dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan mengetahui kemudahan-kemudahan, organisasi akan dapat memanfaat-kannya peluang tersebut sebaik-baiknya. Sebaliknya dengan mengetahui kemungkinan hambatan, maka organisasi sedini mungkin sudah mempersiapkan untuk menanggulanginya atau mengantisipasinya yang akan dirumuskan dan kemudian dirumuskan pada berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan.
Menurut Louis A. Allen perencanaan terdiri dari kegiatan-kegiatan :
a) Meramalkan, memperkirakan waktu yang akan datang.
b) Menetapkan maksud tujuan (objects) sebagai: hasil akhir yang diharapkan: menentukan tujuan atau sasaran (goals/target).
c) Mengarahkan (programming), menetapkan urutan dari kegiatan-kegiatan yang diperlukan: langkah-langkah yang akan diambil menurut prioritas pelaksananya.
d) Menyusun tata waktu (schedulling), menetapkan urutan waktu yang tepat agar tindakan yang dilakukan dapat berhasil baik.
e) Menyusun anggaran belanja (budgeting), yaitu mengalokasikan sumber-sumber yang tersedia, dinyatakan dalam istilah-istilah keuangan.
f) Memperkembangkan prosedur-prosedur, membuat standar
·
C. Komponen-komponen rencana
operasional
Komponen-komponen Renop sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Program Pengembangan yang dirumuskan dalam dokumen Renstra. Perbedaan pokok antara keduanya terletak pada kurun waktu kegiatan dan rincian dari masing-masing komponen itu. Komponen-komponen Renop meliputi:
1. Latar Belakang dan Rasional adalah alasan atau argumentasi yang mendasari kegiatan yang diusulkan. Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam bagian ini meliputi:
a. Penjelasan mengenai akar permasalahan yang telah berhasil diidentifikasi pada telaah diri saat menyusun Renstra, yang akan diselesaikan dengan melaksanakan Renop ini. Masalah tersebut harus dijelaskan sedemikian rupa, sehingga tergambar permasalahan tersebut secara utuh dan menyeluruh (termasuk cakupannya, berat/ringannya, faktor-faktor yg berpengaruh pada permsalahan tersebut).
b. Kebijakan dan tujuan yang dirumuskan dalam Rencana Tindak dalam dokumen Renstra
c. Apabila Renop yang disusun untuk tahun kedua dan seterusnya dari siklus implementasi Renstra, dalam latar belakang juga perlu dikemukakan:
1) capaian-capaian tujuan jangka panjang yang telah diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya
2) Masalah dan kendala yang dihadapi yang belum terselesaikan pada tahun sebelumnya.
3) Praktik-praktik baik (good practices) yang diperoleh pada tahun sebelumnya dan perlu dipertahankan pada Renop yang sedang disusun
d. Argumentasi (alasan) tentang mengapa uraian Renop yang akan dilaksanakan adalah pilihan yang paling tepat untuk menyelesaikan akar permasalahan tersebut diatas. Argumen/alasan tersebut dapat didasarkan pada pembenahan faktor-faktor yang berpengaruh pada akar permasalahan tersebut atau dapat berdasarkan teori ilmiah dan pengalaman dalam menghadapi akar permasalahan tersebut.
2. Sasaran adalah hasil yang akan peroleh pada akhir kegiatan operasional. Sasaran adalah penggambaran hal yang ingin diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang diambil sekolah guna mencapai tujuan (target terukur). Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh sekolah atau unit yang ada di sekolah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu satu tahun.
Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap sasaran disertai target masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Rumusan sasaran yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
a. Sasaran harus sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku setta sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota.
b. Sasaran ditetapkan mengacu pada dan merupakan milestone pencapaian visi, misi, tujuan sekolah, strategi, serta kebijakan dan tujuan yang dituangkan dalam Renstra Sekolah.
c. Sasaran harus dapat dijabarkan ke dalam sejumlah indikator kinerja.
d. Sasaran harus mengacu pada masalah-masalah yang teridentifikasi dalam telaah diri dan merupakan upaya yang dikembangkan untuk menjawab isu-isu stratejik.
e. Sasaran harus merupakan tindak lanjut dari pengalaman atau permasalahan yang teridentifikasi pada tahun sebelumnya.
f. Spesifik, sasaran menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan, dan bukan cara pencapaiannya.
g. Dapat dinilai dan terukur, sasaran harus terukur dan dapat digunakan untuk memastikan apa dan kapan pencapaiannya.
h. Menantang namun dapat dicapai, tetapi tidak boleh mengandung target yang tidak layak.
i. Berorientasi pada hasil, sasaran harus mensepesifikasikan hasil yang ingin dicapai.
3. Dapat dicapai dalam waktu tahun tertentu.
4. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi, serta untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari organisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka dan atau menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tanpa indikator kinerja sulit bagi kita untuk menilai kinerja (keberhasilan atau ketidakberhasilan) sekolah atau unit kerja yang ada di bawahnya. Secara umum indikator kinerja memiliki fungsi:
a. Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan.
b. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan program/kegiatan.
c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja sekolah atau unit kerja yang ada di dalamnya.
Indikator kinerja yang baik hendaknya memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalah¬an interpretasi
b. Dapat diukur secara obyektif baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
c. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek obyektif yang relevan dengan sasaran yang ingin dicapai.
d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukan keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat, dampak, dan proses.
e. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan.
f. Efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan dan dianalisis.
Terdapat enam jenis indikator kinerja yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja sekolah, yaitu :
a. Indikator masukan (input): segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. Indikator ini dapat berupa kualitas siswa baru, kelekatan persaingan dalam seleksi siswa baru, relevansi kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja, kualitas Renstra yang disusun sekolah, dan sebagainya.
b. Indikator proses (process): merupakan gambaran mengenai perkembangan atau aktivitas yang terjadi atau dilakukan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh indikator ini antara lain, tingkat kehadiran siswa, tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran, penerapan PAKEM dalam pembelajaran, tingkat pemanfaatan laboratorium, jumlah siswa yang berkunjung ke perpustakaan, dan sebagainya.
c. Indikator keluaran (output): sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari kegiatan pendidikan. Indikator-indikator seperti peningkatan rata-rata NUN, peningkatan peringkat rata-rata NUN di tingkat kabupaten/kota, atau peningkatan jumlah siswa yang lulus UN, dapat digolongkan sebagai indikator output.
d. Indikator dampak (outcome): segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Inikator ini biasanya sulit dicapai dalam kurun waktu Renop (1 tahun), akan tetapi harus sudah terukur setelah masa siklus Renstra (4-5 tahun) selesai atau hampir selesai. Jumlah siswa yang diterima di jurusan favorit di perguruan tinggi ternama, jumlah siswa yang langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus, semakin pendeknya masa tunggu siswa untuk mendapatkan pekerjaan pertama setelah mereka lulus, adalah contoh-contoh indikator outcome.
e. Indikator akibat (impact): segala sesutu yang merupakan akibat dari outcomes. Peningkatan popularitas sekolah akibat banyaknya siswa cepat mendapatkan pekerjaan, meningkatnya jumlah siswa yang mendaftar sebagai siswa baru akibat dari banyak nya siswa yang diterima di perguruan tinggi unggulan, cepatnya promosi atau perkembangan karir lulusan di dunia kerja merupakan contoh-contoh indikator akibat tersebut.
Untuk mengukur keberhasilan capaian Indikator Kinerja, maka dalam Renop harus dicantumkan kondisi saat disusunnya Renop dan kondisi yang diharapkan dicapai setelah kegiatan dilaksanakan. Kondisi saat disusunnya Renop digunakan sebagai baseline. Selain itu, jika indikator bersifat spesifik maka perlu dijelaskan bagaimana dan kapan indikator itu akan diukur.
5. Rancangan Kegiatan dengan menentukan jenis dan tahap-tahap pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan operasional selama satu tahun. Pada setiap langkah (sub-kegiatan) harus dijelaskan, maksud dan tujuannya yang ingin dicapai secara ringkas dan jelas. Rancangan kegiatan yang efektif harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.
a. Kegiatan tersebut bukan merupakan investasi atau pengadaan sumberdaya. Namun harus berupa dampak dari investasi atau upaya pemanfaatan investasi. Kegiatan dapat berlangsung terus-menerus sementara investasi merupakan implikasi dan hanya merupakan tahap paling awal dari sebuah kegiatan.
b. Kegiatan tersebut tidak kompleks, sehingga dapat dipahami dengan mudah dan dapat dilaksanakan dengan baik.
c. Kegiatan tersebut dapat diukur tingkat keberhasilannya. Untuk itu perlu ditetapkan indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang dapat diukur. Indikator keberhasilan kegiatan, umumnya berupa indikator keluaran (output), namun dimungkinkan untuk mencantumkan indikator keberhasilan dampak (impact/ outcomes).
d. Cakupan kegiatan tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, karena cakupan ini akan berkaitan dengan beban kerja seorang penanggung jawab. Cakupan kegiatan yang terlalu luas akan meningkatkan beban kerja penanggungjawab.
e. Keluaran (output) maupun dampak (impact/outcomes) kegiatan mempunyai kontribusi yang cukup bermakna (significant) terhadap rencana pengembangan sekolah secara keseluruhan.
f. Keterkaitan antar bagian kegiatan/sub-kegiatan harus terlihat dengan jelas.
g. Keberlangsung kegiatan tergambarkan dengan jelas
6. Sumber daya yang dicantumkan dalam Renop merupakan uraian rinci mengenai jenis, kualifikasi, dan kuantitas sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan/sub-kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan dijaga keberlangsungannya (sustainability). Sumber daya ini dapat meliputi SDM, pra-sarana dan sarana pendidikan, buku-buku perpustakaan, keahlian, informasi, teknologi, sistem manajemen, networking, bahan habis pakai untuk kegiatan manajemen. Sumber daya dan dana yang dibutuhkan antara lain:
a. jenis dan kualifikasi sumber daya manusia, sarana-prasarana, dan informasi yang dibutuhkan dalam implementasi kegiatan.
b. jumlah dan sumber dana yang dibutuhkan untuk pengadaan, peningkatan kualitas, pemeliharaan, dan pengoperasian sumber daya yang dibutuhkan.
7. Jadwal Kegiatan mencakup kapan pekerjaan sesungguhnya dilaksanakan dan batas waktu tugas harus diselesaikan. Sub kegiatan atau tahapan kegiatan yang dicantumkan pada bagian ini, harus sama dengan sub kegiatan atau tahapan kegiatan yang diuraikan pada bagian Rancangan Kegiatan.
8. Penanggung Jawab Kegiatan adalah pejabat atau staf yang bertanggung jawab keterlaksanaan Renop.
D. Menspesifikasi tujuan perencanaan
Analisa bertahap menurut kaufman dalam Pidarta mencakup analisa misi, analisa fungsi dan analisa tugas.
1. Analisis misi
Analisis misi ialah yang dipikul oleh para perencana, sebagai usaha meningkatkan mutu pendidikan mutu pendidikan SMA adalah berupa peningkatan perkembangan para siswa secara total yang menekankan pada aspek afeksi, kognisi¸dan keterampilan. Dalam hal ini bagian-bagian misi/perkembangan total adalah afeksi, kognisi dan keterampilan. Inilah yang disebut analisa misi.
Analisa misi ini digambarkan dengan bagan umum sebagai berikut :
Komponen-komponen Renop sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Program Pengembangan yang dirumuskan dalam dokumen Renstra. Perbedaan pokok antara keduanya terletak pada kurun waktu kegiatan dan rincian dari masing-masing komponen itu. Komponen-komponen Renop meliputi:
1. Latar Belakang dan Rasional adalah alasan atau argumentasi yang mendasari kegiatan yang diusulkan. Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam bagian ini meliputi:
a. Penjelasan mengenai akar permasalahan yang telah berhasil diidentifikasi pada telaah diri saat menyusun Renstra, yang akan diselesaikan dengan melaksanakan Renop ini. Masalah tersebut harus dijelaskan sedemikian rupa, sehingga tergambar permasalahan tersebut secara utuh dan menyeluruh (termasuk cakupannya, berat/ringannya, faktor-faktor yg berpengaruh pada permsalahan tersebut).
b. Kebijakan dan tujuan yang dirumuskan dalam Rencana Tindak dalam dokumen Renstra
c. Apabila Renop yang disusun untuk tahun kedua dan seterusnya dari siklus implementasi Renstra, dalam latar belakang juga perlu dikemukakan:
1) capaian-capaian tujuan jangka panjang yang telah diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya
2) Masalah dan kendala yang dihadapi yang belum terselesaikan pada tahun sebelumnya.
3) Praktik-praktik baik (good practices) yang diperoleh pada tahun sebelumnya dan perlu dipertahankan pada Renop yang sedang disusun
d. Argumentasi (alasan) tentang mengapa uraian Renop yang akan dilaksanakan adalah pilihan yang paling tepat untuk menyelesaikan akar permasalahan tersebut diatas. Argumen/alasan tersebut dapat didasarkan pada pembenahan faktor-faktor yang berpengaruh pada akar permasalahan tersebut atau dapat berdasarkan teori ilmiah dan pengalaman dalam menghadapi akar permasalahan tersebut.
2. Sasaran adalah hasil yang akan peroleh pada akhir kegiatan operasional. Sasaran adalah penggambaran hal yang ingin diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang diambil sekolah guna mencapai tujuan (target terukur). Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh sekolah atau unit yang ada di sekolah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu satu tahun.
Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap sasaran disertai target masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Rumusan sasaran yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
a. Sasaran harus sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku setta sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota.
b. Sasaran ditetapkan mengacu pada dan merupakan milestone pencapaian visi, misi, tujuan sekolah, strategi, serta kebijakan dan tujuan yang dituangkan dalam Renstra Sekolah.
c. Sasaran harus dapat dijabarkan ke dalam sejumlah indikator kinerja.
d. Sasaran harus mengacu pada masalah-masalah yang teridentifikasi dalam telaah diri dan merupakan upaya yang dikembangkan untuk menjawab isu-isu stratejik.
e. Sasaran harus merupakan tindak lanjut dari pengalaman atau permasalahan yang teridentifikasi pada tahun sebelumnya.
f. Spesifik, sasaran menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan, dan bukan cara pencapaiannya.
g. Dapat dinilai dan terukur, sasaran harus terukur dan dapat digunakan untuk memastikan apa dan kapan pencapaiannya.
h. Menantang namun dapat dicapai, tetapi tidak boleh mengandung target yang tidak layak.
i. Berorientasi pada hasil, sasaran harus mensepesifikasikan hasil yang ingin dicapai.
3. Dapat dicapai dalam waktu tahun tertentu.
4. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi, serta untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari organisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka dan atau menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tanpa indikator kinerja sulit bagi kita untuk menilai kinerja (keberhasilan atau ketidakberhasilan) sekolah atau unit kerja yang ada di bawahnya. Secara umum indikator kinerja memiliki fungsi:
a. Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan.
b. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan program/kegiatan.
c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja sekolah atau unit kerja yang ada di dalamnya.
Indikator kinerja yang baik hendaknya memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalah¬an interpretasi
b. Dapat diukur secara obyektif baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
c. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek obyektif yang relevan dengan sasaran yang ingin dicapai.
d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukan keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat, dampak, dan proses.
e. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan.
f. Efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan dan dianalisis.
Terdapat enam jenis indikator kinerja yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja sekolah, yaitu :
a. Indikator masukan (input): segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. Indikator ini dapat berupa kualitas siswa baru, kelekatan persaingan dalam seleksi siswa baru, relevansi kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja, kualitas Renstra yang disusun sekolah, dan sebagainya.
b. Indikator proses (process): merupakan gambaran mengenai perkembangan atau aktivitas yang terjadi atau dilakukan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh indikator ini antara lain, tingkat kehadiran siswa, tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran, penerapan PAKEM dalam pembelajaran, tingkat pemanfaatan laboratorium, jumlah siswa yang berkunjung ke perpustakaan, dan sebagainya.
c. Indikator keluaran (output): sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari kegiatan pendidikan. Indikator-indikator seperti peningkatan rata-rata NUN, peningkatan peringkat rata-rata NUN di tingkat kabupaten/kota, atau peningkatan jumlah siswa yang lulus UN, dapat digolongkan sebagai indikator output.
d. Indikator dampak (outcome): segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Inikator ini biasanya sulit dicapai dalam kurun waktu Renop (1 tahun), akan tetapi harus sudah terukur setelah masa siklus Renstra (4-5 tahun) selesai atau hampir selesai. Jumlah siswa yang diterima di jurusan favorit di perguruan tinggi ternama, jumlah siswa yang langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus, semakin pendeknya masa tunggu siswa untuk mendapatkan pekerjaan pertama setelah mereka lulus, adalah contoh-contoh indikator outcome.
e. Indikator akibat (impact): segala sesutu yang merupakan akibat dari outcomes. Peningkatan popularitas sekolah akibat banyaknya siswa cepat mendapatkan pekerjaan, meningkatnya jumlah siswa yang mendaftar sebagai siswa baru akibat dari banyak nya siswa yang diterima di perguruan tinggi unggulan, cepatnya promosi atau perkembangan karir lulusan di dunia kerja merupakan contoh-contoh indikator akibat tersebut.
Untuk mengukur keberhasilan capaian Indikator Kinerja, maka dalam Renop harus dicantumkan kondisi saat disusunnya Renop dan kondisi yang diharapkan dicapai setelah kegiatan dilaksanakan. Kondisi saat disusunnya Renop digunakan sebagai baseline. Selain itu, jika indikator bersifat spesifik maka perlu dijelaskan bagaimana dan kapan indikator itu akan diukur.
5. Rancangan Kegiatan dengan menentukan jenis dan tahap-tahap pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan operasional selama satu tahun. Pada setiap langkah (sub-kegiatan) harus dijelaskan, maksud dan tujuannya yang ingin dicapai secara ringkas dan jelas. Rancangan kegiatan yang efektif harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.
a. Kegiatan tersebut bukan merupakan investasi atau pengadaan sumberdaya. Namun harus berupa dampak dari investasi atau upaya pemanfaatan investasi. Kegiatan dapat berlangsung terus-menerus sementara investasi merupakan implikasi dan hanya merupakan tahap paling awal dari sebuah kegiatan.
b. Kegiatan tersebut tidak kompleks, sehingga dapat dipahami dengan mudah dan dapat dilaksanakan dengan baik.
c. Kegiatan tersebut dapat diukur tingkat keberhasilannya. Untuk itu perlu ditetapkan indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang dapat diukur. Indikator keberhasilan kegiatan, umumnya berupa indikator keluaran (output), namun dimungkinkan untuk mencantumkan indikator keberhasilan dampak (impact/ outcomes).
d. Cakupan kegiatan tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, karena cakupan ini akan berkaitan dengan beban kerja seorang penanggung jawab. Cakupan kegiatan yang terlalu luas akan meningkatkan beban kerja penanggungjawab.
e. Keluaran (output) maupun dampak (impact/outcomes) kegiatan mempunyai kontribusi yang cukup bermakna (significant) terhadap rencana pengembangan sekolah secara keseluruhan.
f. Keterkaitan antar bagian kegiatan/sub-kegiatan harus terlihat dengan jelas.
g. Keberlangsung kegiatan tergambarkan dengan jelas
6. Sumber daya yang dicantumkan dalam Renop merupakan uraian rinci mengenai jenis, kualifikasi, dan kuantitas sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan/sub-kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan dijaga keberlangsungannya (sustainability). Sumber daya ini dapat meliputi SDM, pra-sarana dan sarana pendidikan, buku-buku perpustakaan, keahlian, informasi, teknologi, sistem manajemen, networking, bahan habis pakai untuk kegiatan manajemen. Sumber daya dan dana yang dibutuhkan antara lain:
a. jenis dan kualifikasi sumber daya manusia, sarana-prasarana, dan informasi yang dibutuhkan dalam implementasi kegiatan.
b. jumlah dan sumber dana yang dibutuhkan untuk pengadaan, peningkatan kualitas, pemeliharaan, dan pengoperasian sumber daya yang dibutuhkan.
7. Jadwal Kegiatan mencakup kapan pekerjaan sesungguhnya dilaksanakan dan batas waktu tugas harus diselesaikan. Sub kegiatan atau tahapan kegiatan yang dicantumkan pada bagian ini, harus sama dengan sub kegiatan atau tahapan kegiatan yang diuraikan pada bagian Rancangan Kegiatan.
8. Penanggung Jawab Kegiatan adalah pejabat atau staf yang bertanggung jawab keterlaksanaan Renop.
D. Menspesifikasi tujuan perencanaan
Analisa bertahap menurut kaufman dalam Pidarta mencakup analisa misi, analisa fungsi dan analisa tugas.
1. Analisis misi
Analisis misi ialah yang dipikul oleh para perencana, sebagai usaha meningkatkan mutu pendidikan mutu pendidikan SMA adalah berupa peningkatan perkembangan para siswa secara total yang menekankan pada aspek afeksi, kognisi¸dan keterampilan. Dalam hal ini bagian-bagian misi/perkembangan total adalah afeksi, kognisi dan keterampilan. Inilah yang disebut analisa misi.
Analisa misi ini digambarkan dengan bagan umum sebagai berikut :
·
……. …………… …………………. ………
·
(garis putus-putus adalah
hubungan kerja sama).
·
2. Analisis fungsi
Bila fungsi-fungsi telah diperoleh dalam analisis misi, maka masing-masing fungsi ini dianalisa lebih lanjut, agar menjadi lebih spesifik. Pembagian menjadi kognisi tingkat tinggi dan rendah itu dikatakan analisa tingkat satu, dan pembagian kognisi tingkat rendah menjadi tiga kemampuan dinamai analisis tingkat kedua.
Contohnya Bentuk-bentuk layanan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada guru dan siswa ialah layanan bimbingan dan konseling kepada masyarakat, layanan pendidikan keluarga, pemasangan listrik dirumah-rumah oleh siswa sekolah teknik listrik, bengkel sepeda motor, layanan hukum, dan konstruksi bangunan oleh para mahasiswa dan sebagainya. Layanan dapat diberikan kepada warga sekolah/kampus dan dapat pula diperluas ke luar ialah kepada warga masyarakat yang membutuhkan.
Usaha patungan antar sekolah dengan masyarakat sebagai salah satu bentuk swausaha sekolah dapat berwujud produksi untuk keperluan kebutuhan sekolah seperti percetakan, pakaian seragam sekolah, fotocopy, hal ini tentu memberi kesejahteraan para guru dan warga masyarakat.
Bagan umum analisa fungsi sebagai berikut:
analisa tertinggi
Bila fungsi-fungsi telah diperoleh dalam analisis misi, maka masing-masing fungsi ini dianalisa lebih lanjut, agar menjadi lebih spesifik. Pembagian menjadi kognisi tingkat tinggi dan rendah itu dikatakan analisa tingkat satu, dan pembagian kognisi tingkat rendah menjadi tiga kemampuan dinamai analisis tingkat kedua.
Contohnya Bentuk-bentuk layanan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada guru dan siswa ialah layanan bimbingan dan konseling kepada masyarakat, layanan pendidikan keluarga, pemasangan listrik dirumah-rumah oleh siswa sekolah teknik listrik, bengkel sepeda motor, layanan hukum, dan konstruksi bangunan oleh para mahasiswa dan sebagainya. Layanan dapat diberikan kepada warga sekolah/kampus dan dapat pula diperluas ke luar ialah kepada warga masyarakat yang membutuhkan.
Usaha patungan antar sekolah dengan masyarakat sebagai salah satu bentuk swausaha sekolah dapat berwujud produksi untuk keperluan kebutuhan sekolah seperti percetakan, pakaian seragam sekolah, fotocopy, hal ini tentu memberi kesejahteraan para guru dan warga masyarakat.
Bagan umum analisa fungsi sebagai berikut:
analisa tertinggi
·
analisa tingkat satu
·
analisa tingkat dua
·
dst dst
3. Analisis tugas
Bagian fungsi paling kecil atau tugas ialah kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Begitu pula contoh tugas dalam fungsi swausaha sekolah adalah usaha kelas, latihan keterampilan proses, koperasi, produksi, keperluan sekolah, dan pertunjukan kesenian keliling.
Bagian-bagian fungsi yang paling kecil tersebut diatas dalam sistem disebut komponen. Komponen-komponen inilah yang merupakan tugas-tugas nyata yang spesifik bagi para perencana untuk mereka kerjakan agar dapat merealisasi tujuan-tujuan-tujuan yang sudah spesifik pula. Kalau para perencana sudah berhasil mengerjakan komponen-komponen/tugas-tugas ini dengan sukses sehingga memberikan hasil seperti yang diharapkan, maka berarti tugas perencanaan sudah selesai dan misi yang dipikulnya sudah berhasil dengan gemilang.
Kalau para perencana sudah berhasil mengerjakan komponen-komponen/tugas ini dengan sukses sehingga memberikan hasil seperti yang diharapkan, maka berarti tugas perencana sudah selesai dan misi yang dipikulnya sudah berhasil dengan gemilang.
Pendekatan Sistem
Perencanaan memandang tujuan perencanaan atau misi atau program strategi sebagai suatu sistem. Dan sistem itu dianalisis menjadi sub sistem, kemudian diuraikan lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga menemukan bagian yang paling kecil yang disebut komponen.
Dalam analisis tersebut diatas, fungsi adalah merupakan sub sistem dari misi sebagai sistem. Hasil analisis satu pada fungsi tertentu adalah sub-sub sistem, sedangkan pada fungsi yang lain mungkin sudah melahirkan komponen karena tidak dapat dibagi-bagi lagi.
E. Menentukan standar performan
Dalam perencanaan pendidikan objek yang diperbaiki, dilengkapi, atau diubah adalah semua unsur pendidikan. Jadi bukan hanya sisa yang ditangani, melainkan juga para personalia pedidikan, mencakup sarana prasarana juga, serta masyarakat sekitar yang memberi pengaruh terhadap lingkungan pendidikan.
Standar performan adalah suatu ukuran atau kriteria yang tepat yang diterima oleh umum untuk tujuan perencanaan yang spesifik, sehingga atas dasar kriteria itu para pelaksanaan program/tugas dapat mewujudkan tujuan itu secara tepat pula sesuai dengan kreteria. Contoh standar performan lingkungan belajar ialah iklim organisasi pendidikan yang hangat, komunikasi yang harmonis, kerja sama yang erat/gotong royong, kaya dengan sumber belajar, dan pembimbingan yang penuh dengan kasih sayang.
Cunningham menyatakan disamping memasukkan ukuran (performan standar sebagai target yang diharapkan) juga menyebutkan persyaratan lainnya yang dirlukan oleh setiap tugas agar dapat dikerjakan dengan baik. Syarat tersebut antara lain:
1. Siapa/apa objek tugas tersebut
2. Bentuk kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas itu
3. Ukuran/kriteria/standar performan
4. Kapan dan dimana masing-masing tugas dikerjakan
5. Keahlian apa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang akan mengerjakan tugas itu.
Sedangkan pihak-pihak yang dapat terlibat dalam proses evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah: Kepala sekolah, Guru, Siswa, Komite Sekolah, Pengawas sekolah dan Dinas pendidikan (Vembrianto. 1982; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001, 2006 dalam Arifin, 2010).
F. Analisis alat dan metode
Analisis alat dan metode adalah tugas mencari jalan untuk mengerjakan setiap tugas agar menghasilkan tujuan-tujuan spesifik yang telah digariskan bersama atau dengan kata lain apa yang mungkin dapat dipakai menyelesaikan tugas tersebut setelah komponen-komponen atau tugas dikemukakan. Untuk mencapai maksud tersebut dibutuhkan informasi tentang sumber-sumber pendidikan dan kemudian membentuk alternatif-alternatif pemecahan.
1. Sumber-sumber pendidikan
Sumber-sumber pendidikan itu sebagian besar dapat diambil melalui studi dokumentasi, sebab sumber-sumber itu sebagian besar tercatat dalam arsip. Jumlah para pengajar dengan keahliannya masing-masing, banyaknya alat peraga, besarnya uang yang tersedia dan sebagainya semua tercatat dalam dokumentasi. Namun demikian masih banyak pengetahuan-pengetahuan lain yang diperlukan dalam perencanaan yang tidak dapat diambil melalui studi dokumentasi. Lingkungan belajar misalnya hanya bisa diketahui melalui observasi. Begitu pula pada personalia pendidikan untuk mengerjakan pekerjaan tambahan diluar rutin yang dibutuhkan dalam perencanaan hanya dapat diperoleh melalui interview. Mungkin data ini dapat diperoleh melalui angket, tetapi kurang efektif.
2. Analisis alat dan metode yang tunggal
Dalam menentukan alat dan metode ini untuk setiap tugas perlu diperhatikan syarat-syarat yang sudah ditentukan yaitu apa/siapa objek yang ditangani, kapan dan dimana dilaksanakan, keahlian apa yang dibutuhkan oleh pelaksana. Tugas melaksanakan latihan keterampilan membuat wayang kulit misalnya, obyeknya ialah siswa yang melaksanakan latihan membuat wayang kulit yang baik sehingga laku dijual. Bentuk kegiatannya berlatih dan melatih secara berulang-ulang dalam segala aspek pekerjaan membuat wayang, mulai dari menggambar , mengukir, mewarnai, sampai mengisi tangkainya. Standar performanya ialah dapat membuat wayang minimum 10 jenis dalam bentuknya yang tepat dan artistik.
Dengan membuat perencanaan strategi lengkap dengan manajemen personalia atau manajemen manusia, diharapkan kemungkinan-kemungkinan negatif di atas dapat diminimalkan. Namun demikian kemungkinan seperti ini masih tetap ada, sehingga perencanaan pendidikan dikaitkan dengan penelitian tindakan (action research). Supaya program/tujuan pendidikan tertentu dapat dilaksanakan.
3. Analisis alat dan metode yang paralel
Sesudah analisis misi menghasilkan fungsi-fungsi, maka setiap fungsi juga dicarikan alat dan metodenya yang cocok. Sama halnya dengan pada misi, bila ada fungsi yang sukar dicari pemecahannya, berkonsultasi bila diperlukan, atau belajar dari ahli tertentu. Ssesudah jelas tentang cara mengatasi kesulitan itu barulah analisis diteruskan. Perlu diketahui bahwa uraian/deskripsi atau isi alat dan metode pada setiap fungsi sudah lebih mendetail dari pada isi alat dan metode pada misi. Ini berarti setiap hasil tingkat analisis alat dan metode selalu dicocokkan dengan obyek yang ditangani, termasuk pada setiap tugas yang dikerjakan.
4. Pembentukan alternatif-alternatif pemecahan tugas
Banyak alternatif untuk setiap tugas tidak selalu sama. Ada tugas yang memakai alternatif pemecahan empat, ada yang tiga, dan ada pula yang kedua. Yang perlu dihindarkan adalah jangan membuat alternatif terlalu banyak untuk memecahkan suatu tugas. Pembuatan alternatif yang banyak ini cenderung keluar dari hasil berpikir yang tidak cermat. Begitu pula hindari membuat alat dan metode pemecahan hanya satu sebagai cara yang tunggal. Pada umumnya setiap tugas dibuatkan alternatif pemecahannya sebanyak tiga buah.
Informasi yang diperlukan pada setiap penentuan alat dan metode (alternatif) ialah : 1. Efektivitas, 2. Keuntungan, 3. Kelemahan, 4. Persyaratan waktu, 5. Sumber pendidikan yang tersedia, 6. Sumber pendidikan yang dibutuhkan, 7. Persyaratan personalia, 8. Fasilitas yang diperlukan, dan 9. Biaya.
G. Implementasi
Implementasi artinya suatu usaha untuk mencoba konsep tersebut. Sebelum melakukan implementasi perlu mengadakan persiapan terlebih dahulu. Persiapan itu dikenal dengan action planning, yang menyiapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Menentukan kunci konsep implementasi seperti objek, metode, alat, pelaksana, dan sebagainya
2. Mengantisipasi kemungkinan hal-hal yang bersifat negatif atau positif akan terjadi
3. Memprediksi hasil dan efek bagi semua pihak
4. Mempertimbangkan kemungkinan perubahan-perubahan biaya dan waktu
5. Menyiapkan tahap-tahap kegiatan pada setiap tugas (job description)
6. Menyiapkan perbekalan
7. Menyiapkan transportasi dan sebagainya
Implementasi perencanaan operasional mengharuskan organisasi untuk menetapkan tujuan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga perencanaan operasional dapat berjalan dengan baik.
Suatu perencanaan baru dipandang selesai kalau ia sudah dapat merealisasi tujuan atau misi yang dicerminkan oleh perwujudan performan yang standar oleh setiap tugas. Performan yang standar ini bisa tampak terwujud kalau implementasi sudah memberikan hasil seperti itu. Ini berarti perencanaan baru dikatakan berakhir ialah kalau implemenatasi sudah selesai, satu kali atau beberapa kali, dengan konsep yang tidak perlu direvisi lagi.
3. Analisis tugas
Bagian fungsi paling kecil atau tugas ialah kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Begitu pula contoh tugas dalam fungsi swausaha sekolah adalah usaha kelas, latihan keterampilan proses, koperasi, produksi, keperluan sekolah, dan pertunjukan kesenian keliling.
Bagian-bagian fungsi yang paling kecil tersebut diatas dalam sistem disebut komponen. Komponen-komponen inilah yang merupakan tugas-tugas nyata yang spesifik bagi para perencana untuk mereka kerjakan agar dapat merealisasi tujuan-tujuan-tujuan yang sudah spesifik pula. Kalau para perencana sudah berhasil mengerjakan komponen-komponen/tugas-tugas ini dengan sukses sehingga memberikan hasil seperti yang diharapkan, maka berarti tugas perencanaan sudah selesai dan misi yang dipikulnya sudah berhasil dengan gemilang.
Kalau para perencana sudah berhasil mengerjakan komponen-komponen/tugas ini dengan sukses sehingga memberikan hasil seperti yang diharapkan, maka berarti tugas perencana sudah selesai dan misi yang dipikulnya sudah berhasil dengan gemilang.
Pendekatan Sistem
Perencanaan memandang tujuan perencanaan atau misi atau program strategi sebagai suatu sistem. Dan sistem itu dianalisis menjadi sub sistem, kemudian diuraikan lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga menemukan bagian yang paling kecil yang disebut komponen.
Dalam analisis tersebut diatas, fungsi adalah merupakan sub sistem dari misi sebagai sistem. Hasil analisis satu pada fungsi tertentu adalah sub-sub sistem, sedangkan pada fungsi yang lain mungkin sudah melahirkan komponen karena tidak dapat dibagi-bagi lagi.
E. Menentukan standar performan
Dalam perencanaan pendidikan objek yang diperbaiki, dilengkapi, atau diubah adalah semua unsur pendidikan. Jadi bukan hanya sisa yang ditangani, melainkan juga para personalia pedidikan, mencakup sarana prasarana juga, serta masyarakat sekitar yang memberi pengaruh terhadap lingkungan pendidikan.
Standar performan adalah suatu ukuran atau kriteria yang tepat yang diterima oleh umum untuk tujuan perencanaan yang spesifik, sehingga atas dasar kriteria itu para pelaksanaan program/tugas dapat mewujudkan tujuan itu secara tepat pula sesuai dengan kreteria. Contoh standar performan lingkungan belajar ialah iklim organisasi pendidikan yang hangat, komunikasi yang harmonis, kerja sama yang erat/gotong royong, kaya dengan sumber belajar, dan pembimbingan yang penuh dengan kasih sayang.
Cunningham menyatakan disamping memasukkan ukuran (performan standar sebagai target yang diharapkan) juga menyebutkan persyaratan lainnya yang dirlukan oleh setiap tugas agar dapat dikerjakan dengan baik. Syarat tersebut antara lain:
1. Siapa/apa objek tugas tersebut
2. Bentuk kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas itu
3. Ukuran/kriteria/standar performan
4. Kapan dan dimana masing-masing tugas dikerjakan
5. Keahlian apa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang akan mengerjakan tugas itu.
Sedangkan pihak-pihak yang dapat terlibat dalam proses evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah: Kepala sekolah, Guru, Siswa, Komite Sekolah, Pengawas sekolah dan Dinas pendidikan (Vembrianto. 1982; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001, 2006 dalam Arifin, 2010).
F. Analisis alat dan metode
Analisis alat dan metode adalah tugas mencari jalan untuk mengerjakan setiap tugas agar menghasilkan tujuan-tujuan spesifik yang telah digariskan bersama atau dengan kata lain apa yang mungkin dapat dipakai menyelesaikan tugas tersebut setelah komponen-komponen atau tugas dikemukakan. Untuk mencapai maksud tersebut dibutuhkan informasi tentang sumber-sumber pendidikan dan kemudian membentuk alternatif-alternatif pemecahan.
1. Sumber-sumber pendidikan
Sumber-sumber pendidikan itu sebagian besar dapat diambil melalui studi dokumentasi, sebab sumber-sumber itu sebagian besar tercatat dalam arsip. Jumlah para pengajar dengan keahliannya masing-masing, banyaknya alat peraga, besarnya uang yang tersedia dan sebagainya semua tercatat dalam dokumentasi. Namun demikian masih banyak pengetahuan-pengetahuan lain yang diperlukan dalam perencanaan yang tidak dapat diambil melalui studi dokumentasi. Lingkungan belajar misalnya hanya bisa diketahui melalui observasi. Begitu pula pada personalia pendidikan untuk mengerjakan pekerjaan tambahan diluar rutin yang dibutuhkan dalam perencanaan hanya dapat diperoleh melalui interview. Mungkin data ini dapat diperoleh melalui angket, tetapi kurang efektif.
2. Analisis alat dan metode yang tunggal
Dalam menentukan alat dan metode ini untuk setiap tugas perlu diperhatikan syarat-syarat yang sudah ditentukan yaitu apa/siapa objek yang ditangani, kapan dan dimana dilaksanakan, keahlian apa yang dibutuhkan oleh pelaksana. Tugas melaksanakan latihan keterampilan membuat wayang kulit misalnya, obyeknya ialah siswa yang melaksanakan latihan membuat wayang kulit yang baik sehingga laku dijual. Bentuk kegiatannya berlatih dan melatih secara berulang-ulang dalam segala aspek pekerjaan membuat wayang, mulai dari menggambar , mengukir, mewarnai, sampai mengisi tangkainya. Standar performanya ialah dapat membuat wayang minimum 10 jenis dalam bentuknya yang tepat dan artistik.
Dengan membuat perencanaan strategi lengkap dengan manajemen personalia atau manajemen manusia, diharapkan kemungkinan-kemungkinan negatif di atas dapat diminimalkan. Namun demikian kemungkinan seperti ini masih tetap ada, sehingga perencanaan pendidikan dikaitkan dengan penelitian tindakan (action research). Supaya program/tujuan pendidikan tertentu dapat dilaksanakan.
3. Analisis alat dan metode yang paralel
Sesudah analisis misi menghasilkan fungsi-fungsi, maka setiap fungsi juga dicarikan alat dan metodenya yang cocok. Sama halnya dengan pada misi, bila ada fungsi yang sukar dicari pemecahannya, berkonsultasi bila diperlukan, atau belajar dari ahli tertentu. Ssesudah jelas tentang cara mengatasi kesulitan itu barulah analisis diteruskan. Perlu diketahui bahwa uraian/deskripsi atau isi alat dan metode pada setiap fungsi sudah lebih mendetail dari pada isi alat dan metode pada misi. Ini berarti setiap hasil tingkat analisis alat dan metode selalu dicocokkan dengan obyek yang ditangani, termasuk pada setiap tugas yang dikerjakan.
4. Pembentukan alternatif-alternatif pemecahan tugas
Banyak alternatif untuk setiap tugas tidak selalu sama. Ada tugas yang memakai alternatif pemecahan empat, ada yang tiga, dan ada pula yang kedua. Yang perlu dihindarkan adalah jangan membuat alternatif terlalu banyak untuk memecahkan suatu tugas. Pembuatan alternatif yang banyak ini cenderung keluar dari hasil berpikir yang tidak cermat. Begitu pula hindari membuat alat dan metode pemecahan hanya satu sebagai cara yang tunggal. Pada umumnya setiap tugas dibuatkan alternatif pemecahannya sebanyak tiga buah.
Informasi yang diperlukan pada setiap penentuan alat dan metode (alternatif) ialah : 1. Efektivitas, 2. Keuntungan, 3. Kelemahan, 4. Persyaratan waktu, 5. Sumber pendidikan yang tersedia, 6. Sumber pendidikan yang dibutuhkan, 7. Persyaratan personalia, 8. Fasilitas yang diperlukan, dan 9. Biaya.
G. Implementasi
Implementasi artinya suatu usaha untuk mencoba konsep tersebut. Sebelum melakukan implementasi perlu mengadakan persiapan terlebih dahulu. Persiapan itu dikenal dengan action planning, yang menyiapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Menentukan kunci konsep implementasi seperti objek, metode, alat, pelaksana, dan sebagainya
2. Mengantisipasi kemungkinan hal-hal yang bersifat negatif atau positif akan terjadi
3. Memprediksi hasil dan efek bagi semua pihak
4. Mempertimbangkan kemungkinan perubahan-perubahan biaya dan waktu
5. Menyiapkan tahap-tahap kegiatan pada setiap tugas (job description)
6. Menyiapkan perbekalan
7. Menyiapkan transportasi dan sebagainya
Implementasi perencanaan operasional mengharuskan organisasi untuk menetapkan tujuan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga perencanaan operasional dapat berjalan dengan baik.
Suatu perencanaan baru dipandang selesai kalau ia sudah dapat merealisasi tujuan atau misi yang dicerminkan oleh perwujudan performan yang standar oleh setiap tugas. Performan yang standar ini bisa tampak terwujud kalau implementasi sudah memberikan hasil seperti itu. Ini berarti perencanaan baru dikatakan berakhir ialah kalau implemenatasi sudah selesai, satu kali atau beberapa kali, dengan konsep yang tidak perlu direvisi lagi.
KESIMPULAN
Perencanaan operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatiannya pada operasi sekarang (jangka pendek) dan terutama berkenaan dengan tujuan mencapai efisiensi.
Menurut Morphet dalam Made pidarta (2005:101) prosedur yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan operasional: Mengumpulkan informasi dan analisa data, Menyelesaikan perubahan dalam bentuk kebutuhan, Mengidentifikasi tujuan dan prioritas, Membentuk alternatif-alternatif penyelesaian dan Mengimplementasi, menilai dan memodifikasi.
Untuk menspesifikasi tujuan perencanaan digunakan analisa misi, fungsi dan tugas. Implementasi dari perencanaan operasional dapat dikatakan berhasil apabila mampu merealisasi tujuan atau misi yang dicerminkan oleh perwujudan performan yang standar oleh setiap tugas. Performan yang standar ini bisa tampak terwujud kalau implementasi sudah memberikan hasil.
http://zukhrufarisma.wordpress.com/2012/12/04/perencanaan-operasional/
-
Rencana Strategik
·
Perencanaan merupakan salah satu empat fungsi manajemen yang
penting dan saling terkait satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita
dihadapkan pada pertanyaan apakah suatu rencana berjalan dengan baik atau
tidak. Pertanyaan mendasar ini kiranya aktual diajukan manakala kita melihat
realitas keseharian yang menunjukkan banyaknya kegagalan akibat perencanaan
yang salah dan tidak tepat. Kesalahan perencanaan dapat berada pada awal
perencanaan itu sendiri ataupun pada saat proses perencanaan itu berlangsung.
·
Banyak perencanaan pemerintah yang gagal gara-gara apa yang
direncanakan tersebut tidak mempunyai pijakan yang relevan dengan kondisi sosial
budaya masyarakat. Bahkan kadang-kadang alih – alih prrgram yang dilaksanakan
dapat memberdayakan masyarakat, akan tetapi pada akhirnya ternyata malah
menciptakan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah. Artinya pemerintah
selalu memberikan ikan, bukan kail seperti yang sering disampaikan oleh
beberapa pakar. Melihat kenyataan ini, timbul tanda tanya besar bagi perencana,
kenapa hal ini terjadi. Tulisan singkat ini berusaha mendeskripsiklan kajian
perencanaan dalam perspektif yang mendasar berkaitan dengan filosofi , tujuan
dan proses perencanaan tanpa pretensi dapat menjelaskan semuanya.
-
Faktor waktu dan Perenca-naan
faktor waktu mempunyai pengaruh
sangat besar terhadap perencanaan dalam tiga hal yaitu :
1. waktu sangat diperlukan untuk
melaksanaakan perencanaan efektif
2. waktu sering di perlukan setiap
langkah perencanaan tanpa informasi lengkap tentangvariabel-variabel dan
alternatif-alternatif,karena waktu diperlukan untuk mendapatkan data dan
memperhitungkan semua kemungkinan.
3. jumlah waktu yang akan dicakup
dalam rencan harus dipertimbangkan.
Factor
waktu lainnya yang mempengaruhi perencanaan adalah seberapa sering
rencana-rencana harus ditinjau kembali dan diperbaiki..ini tergantung sumber
daya yang tersedia dan drajat ketetapan perencanaan manajemen.
Waktu
perkiraan akan menjadi masukan penting sebagai teknik lainnya digunakan untuk
mengatur struktur dan semua proyek. Menggunakan teknik estimasi waktu yang baik
dapat mengurangi proyek-proyek besar ke sejumlah proyek-proyek kecil.
2. Penetapan Tujuan
-
Misi dan tujuan organisasi
Misi adalah suatu pernyataan umum
dan abadi tentang maksud organisasi. Misi suatu organisasi adalah maksud khas
(unik) dan mendasar yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi
lainnya dan mengidentifikasikan ruang lingkup operasi dalam hal produk dan
pasar. Tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang
tidak terdapat sekarang tetapi dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan
datang melalui kegiatan-kegiatan organisasi. Dua unsur penting tujuan adalah
hasil-hasil akhir yang diinginkan di waktu mendatang dan usaha-usaha atau
kegiatan-kegiatan sekarang diarahkan.
3. B. Berbagai fungsi tujuan organisasi
4. 1. Pedoman bagi kegiatan.
Fungsi tujuan sebagai pedoman memberikan arah dan pemusatan kegiatan organisasi
mengenai apa yang harus dan harus tidak dilakukan.
5. 2. Sumber legitimasi. Fungsi
tujuan sebagai sumber legitimasi meningkatkan kemampuan organisasi untuk
mendapatkan berbagai sumber daya dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya.
6. 3. Standar pelaksanaan.
Fungsi tujuan sebagai standar pelaksanaan memberikan langsung bagi penilaian
pelaksanaan kegiatan (prestasi) organisasi.
7. 4. Sumber motivasi. Fungsi
tujuan sebagai sumber motivasi meningkatkan semangat kerja bagi para anggota.
8. 5. Dasar rasional
pengorganisasian. Fungsi tujuan sebagai dasar rasional pengorganisasian
berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan,
pola penggunaan sumber daya, dan implementasi.
9. C. Tipe-tipe tujuan
10. 1. Tujuan kemasyarakatan
(societal goals). Masyarakat pada umumnya, contohnya memproduksi barang dan
jasa, mempertahankan pesanan, mengembangkan dan memelihara nilai-nilai budaya,
dan sebagainya.
11. 2. Tujuan keluaran (output goals).
Publik dalam hubungannya dengan organisasi, contohnya barang-barang konsumen,
jasa-jasa bisnis, pemeliharaan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
12. 3. Tujuan sistem (system goals).
Pernyataan atau cara pelaksanaan fungsi organisasi, tidak tergantung pada
barang atau jasa yang diproduksi atau tujuan yang diambil, contohnya
penekanan pada pertumbuhan, stabilitas, laba atau cara-cara pelaksanaan fungsi,
seperti menjadi ketat atau longgar dikendalikan dan disusun.
13. 4. Tujuan produk atau tujuan
karakteristik produk (products goal). Berbagai karakteristik barang- barang
atau jasa-jasa yang diproduksi, contohnya penekanan pada kualitas atau
kuantitas, gaya, ketersediaan, keunikan, keanekaragaman atau pembaharuan
produk.
14. 5. Tujuan turunan (derived goals).
Tujuan digunakan organisasi untuk meletakkan kekuasaannya dalam pencapaian
tujuan-tujuan lain.
15. D. Proses penetapan tujuan
16. 1. Bahwa barang dan jasa
yang diproduksi organisasi akan dapat memberikan berbagai manfaat paling
sedikit sama dengan harganya.
17. 2. Bahwa barang dan jasa dapat
memuaskan kebutuhan konsumen/ langganan.
18. 3. Bahwa teknologi yang digunakan
dalam proses produksi akan menghasilkan barang dan jasa dengan biaya dan
kualitas bersaing.
19. 4. Bahwa dengan kerja keras dan
dukungan seluruh sumber dayanya, organisasi dapat beroperasi dengan lebih baik
dari sekedar menjaga kelangsungan hidup (survive), yaitu untuk pertumbuhan
(growth) dan dapat menghasilkan laba (profitable).
20. 5. Bahwa pelayanan manajemen akan
memberikan public image yang menguntungkan, sehingga mereka bersedia menanamkan
modalnya dan menyumbangkan tenaganya untuk membantu sukses organisasi.
21. 6. Bahwa perusahaan mempunyai konsep
diri (self concept) yang dapat dikomunikasikan dan ditularkan kepada para
karyawan dan pemegang saham organisasi.
22. E. Bidang-bidang tujuan
23. 1. Posisi pasar. Perusahaan
harus menetapkan tujuan mengenai bagian pasar yang akan direbut.
24. 2. Produktivitas.
Produktivitas atau efisiensi adalah rasio antara masukan dengan keluaran
organisasi.
25. 3. Sumber daya phisik dan
keuangan. Menetapkan tujuan untuk memperhatikan mesin dan peralatan serta
penyediaan bahan baku.
26. 4. Profitabilitas.
Tujuan-tujuan laba penting untuk mencapai tujuan-tujuan lain, menyangkut penelitian
dan pengembangan yang dibutuhkan untuk inovasi, kekuatan keuangan untuk
mengganti mesin dan peralatan dan pengupahan yang dibutuhkan untuk menarik
personalia.
27. 5. Inovasi. Ada kebutuhan
terus menerus akan produk atau jasa baru dan inovatif.
28. 6. Prestasi dan pengembangan
manajer. Kelangsungan hidup banyak organisasi tergantung pada kekuatan
manajemen yang inovatif.
29. 7. Prestasi dan sikap karyawan.
Karyawan operatif melaksanakan sebagian besar pekerjaan normal dan rutin di
setiap organisasi.
30. 8. Tanggung jawab sosial dan
publik. Tujuan-tujuan ini ditetapkan perusahaan untuk menangani boikot
publik, kegiatan-kegiatan hukum, kegiatan-kegiatan pemerintahan,
kelompok-kelompok berkepentingan, dan sebagainya.
31. F. Kebutuhan penyeimbangan tujuan
32. Dalam proses penetapan tujuan,
manajemen harus menentukan keseimbangan atau campuran optimum tujuan-tujuan,
dan memadukan berbagai kepentingan sumber-sumber atau pihak-pihak yang terlibat
dalam organisasi. Tujuan organisasi tidak terbatas pada pemenuhan kepentingan
manajemen saja; tetapi juga kepentingan pemegang saham yang menginginkan
kenaikan dividen atau harga saham di pasar modal; para langganan (konsumen)
ingin memperoleh produk atau jasa dengan kualitas lebih baik, pada harga wajar;
para karyawan ingin mendapatkan balas jasa yang sesuai; para penyedia ingin
memperoleh kepastian pesanan dan pembayaran; dan masyarakat mengharapkan akan
memperoleh berbagai manfaat untuk menaikkan standar hidup mereka. Ini
memerlukan penyeimbangan keinginan, kebutuhan dan persyaratan berbagai kelompok
yang berbeda.
33. G. Perumusan
tujuan
34. 1. Proses perumusan tujuan hendaknya
melibatkan individu-individu yang bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan.
35. 2. Manajer puncak sebagai perumus
tujuan umum, hendaknya bertanggung jawab untuk menurunkan tujuan-tujuan pada
tingkatan-tingkatan lebih rendah.
36. 3. Tujuan harus realistik,
diselaraskan dengan lingkungan internal dan eksternal, baik sekarang maupun di
waktu yang akan datang.
37. 4. Tujuan harus jelas, beralasan dan
bersifat menantang para anggota organisasi.
38. 5. Tujuan-tujuan umum hendaknya
dinyatakan secara sederhana agar mudah dipahami dan diingat oleh para
pelaksana.
39. 6. Tujuan bidang fungsional
organisasi harus konsisten dengan tujuan umum.
40. 7. Manajemen selalu harus meninjau
kembali tujuan yang telah ditetapkan, dan bila perlu mengubah dan
memperbaikinya sesuai perkembangan lingkungan.
41. H. Management by Objectives (MBO)
42. Management by Objectives atau MBO
pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of
Management pada tahun 1954. Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses
partisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap
tingkatan organisasi. Dengan pemngembangan hubungan antara fungsi perencanaan
dan pengawasan, MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan
perencanaan.
43. I. Pengertian MBO
44. MBO sulit didefinisikan, banyak
organisasi mempergunakannya dengan cara-cara yang berbeda dan untuk
alasan-alasan yang berbeda pula. Secara umum esensi sistem MBO terletak pada
penetapan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja
bersama, penutupan bidang tanggung jawab utama setiap individu yang dirumuskan
secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran-sasaran) dapat diukur yang
diharapkan, dan penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai pedoman pengoperasian
satuan-satuan kerja serta penilaian sumbangan masing-masing anggota.
45. J. Sistem MBO formal
46. 1. Komitmen pada program.
Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen para manajer di setiap tingkatan
organisasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pribadi dan organisasi, serta MBO.
47. 2. Penetapan tujuan manajemen
puncak. Program-program perencanaan efektif biasanya mulai dengan para
manajer puncak, yang menetapkan tujuan-tujuan pendahuluan setelah berkonsultasi
dengan para anggota organisasi lainnya.
48. 3. Tujuan-tujuan perseorangan.
Dalam suatu program MBO efektif, setiap manajer dan bawahan merumuskan tanggung
jawab dan tujuan jabatan mereka secara jelas.
49. 4. Partisipasi. Derajat
partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan dapat sangat berpartisipasi.
50. 5. Otonomi dalam implementasi
rencana. Individu mempunyai keleluasaan dalam pemilihan peralatan untuk
pencapaian tujuan serta mengembangkan dan mengimplementasikan program-program
pencapaian tujuan-tujuan mereka tanpa campur tangan atasannya langsung.
51. 6. Peninjauan kembali prestasi.
Manajer dan bawahan secara periodik bertemu untuk meninjau kembali kemajuan
terhadap tujuan.
52. K. Kekuatan dan kelemahan MBO
53. Kebaikan-kebaikan berbagai program
MBO, yang dapat diperinci sebagai berikut :
54. 1. Memungkinkan para individu
mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.
55. 2. Membantu dalam perencanaan dengan
membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran.
56. 3. Memperbaiki komunikasi antar
manajer dan bawahan.
57. 4. Membuat para individu lebih
memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi.
58. 5. Membuat proses evaluasi lebih
dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu.
59. Ada dua kategori kelemahan
kelemahan-kelemahan MBO yaitu
60. 1. Kelemahan yang melekat (inheren)
pada proses MBO ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam
proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO, serta biasanya meningkatkan
banyaknya kertas kerja
61. 2. Kelemahan yang seharusnya tidak
ada tetapi sering dijumpai dalam pengembangan dan implementasi program-program MBO
dan menyangkut beberapa masalah pokok yang harus dikendalikan agar program MBO
sukses :
62. a. Gaya dan dukungan manajemen.
63. b. Penyesuaian dan perubahan .
64. c. Keterampilan-keterampilan antar
pribadi.
65. d. Deskripsi jabatan.
66. e. Penetapan dan pengorganisasian tujuan.
67. f. Pengawasan metode pencapaian
tujuan.
68. g. Konflik antara kreativitas dan
MBO.
69. L. Membuat MBO efektif
70. 1. Mendidik dan melatih manajer.
71. 2. Merumuskan tujuan secara jelas.
72. 3. Menunjukkan komitmen manajemen
puncak secara kontinyu.
73. 4. Membuat umpan balik efektif.
74. 5. Mendorong partisipasi.
-
Fungsi tujuan
·
Manager sering melakukan kesalahan yang sama. Para manager
selalu memulai kegiatan-kegiatan dan membuat keputusan-keputusan tanpa
menetapkan suatu kerangka tujuannya terlebih dahulu, diman hal ini sangat
penting untuk mengarahkan pembuatan keputusan dalam organisasi. Tujuan itu
sendiri adalah hasil akhir atau segala sesuatu yang akan dicapai dan harus di
raih. Setiap tujuan kegiatan-kegiatan tersebut dapat juga disebut sebagai
sasaran atau target.
·
Sebelum kita menentukan tujuan dalan suatu organisasi, kita harus
menetapkan misi organisasi terlebih dahulu. Misi adalah suatu pernyataan umum
dan abadi akan maksud organisasi, misi organisasi adalah maksud khusus dan
mendasar yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lain.
·
Setelah menetapkan misi organisasi baru kita menetapkan
tujuan organisasi. Tujuan organisasi adalah suatu pernyataan yuang kuat tentang
keadaan yang diingankan dimana organisasi tersebut bermaskud untuk
merealisasikannya menjadi kenyataan.
Fungsi
Tujuan dalam Organisasi
·
Konsep tujuan organisasi di pandang secara luas mempunyai
beberapa fungsi penting yang bervariasi menurut waktu dan keadaan. Berbagai
fungsi tujuan antara lain sebagi berikut :
·
1. Patokan Bagi Kegiatan bagi
kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi, melalui penggambaran hasil-hasil
di waktu yang akan datang. Fungsi tujuan memberikan arah dan pemusatan kegiatan
organisasi mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan
·
2. Sumber Legitimasi dengan meningkatkan
kemampuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, berguna untuk meningkatkan
kemampuan organisasi untuk mendapatkansumber daya dan dukungan dari lingkungan
di sekitarnya
·
4. Sumber Motivasi untuk mendorong anggota
lainnya dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan memberikan intensif bagi
anggota yang melaksanakan tugasnya dengan baik, menghasilkan produk di atas
standar dan lain sebagainya yang akhirnya dapat mendorong para anggota lainnya.
·
5. Dasar Rasional Pengorganisasian, tujuan
organisasi merupakan suatu dasar perancangan organisasi yang saling berinteraksi
dalam kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.
Fungsi perumusan strategi dalam
organisasi sering juga mengguna istilah “grand strategy”, diantaranya adalah
perumusan visi, misi, tujuan (objective), kebijakan (policy), dan strategi,
serta perencanaan tentang bagaimana pengorganisasian (organization planning)
seluruh kegiatan dalam menjalankan strategi tersebut.
·
Organization Planning memberikan arahan kepada setiap awak
organisasi, kemana organisasi akan dibawa di masa yang akan datang. Ditinjau
secara hirarki, fungsi ini berada pada tingkatan tertinggi. Prosesnya
memerlukan pemahaman yang mendalam serta analisis yang cermat dan cerdas
tentang berbagai perkembangan kondisi lingkungan strategis, seperti
perkembangan teknologi, ekonomi sosial budaya, politik, bahkan bagi beberapa
organisasi diperlukan kajian tentang sejarah di masa silam. Permasalahan yang
dihadapi sangat kompleks dan dinamis, sehingga penuh ketidakpastian, namun
harus dapat dikenali secara cerdas untuk mengurangi tingkat ketidakpastian tadi.
Untuk itu diperlukan personil yang memiliki daya abstraksi kuat, kemampuan yang
solid dalam melakukan analisis terhadap perkembangan lingkungan strategik,
serta melakukan sintesa terhadap perkembangan iptek. Tujuan utama dari
penyelengaraan ini adalah tercapainya tujuan secara efektif.
-
Managemen By Objective (MBO)
Sebuah model manajemen yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja
organisasi dengan jelas mendefinisikan
tujuan yang disepakati
oleh kedua manajemen dan karyawan.
Menurut teori ini, memiliki suara dalam
penetapan tujuan dan rencana aksi
harus memastikan partisipasi yang lebih baik dan komitmen di antara karyawan, serta keselarasan tujuan di
seluruh organisasi. Istilah ini pertama kali dijelaskan oleh guru
manajemen Peter Drucker pada 1954
dalam bukunya "The Practice of Management."
3. Pebuatan Keputusan
Pembuatan keputusan adalah bagian
kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memainkan peranan penting, terutama bila
manajer melaksanakan fungsi perencanaan. Perencanaan menyangkut
keputusan-keputusan sangat penting dan jangka panjang yang dapat dibuat
manajer. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan organisasi
yang akan dicapai, sumber daya-sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang
akan melaksanakna setiap tugas yang dibutuhkan. Seluruh proses peerenacanaan
itu melibatkan manajer dalam serangkaian situasi pembuatan keputusan. Kualitas
keputusan-keputusan manajer akan menentukan efektifitas rencana yang disusun.
Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. George P. Huber membedakan pembuatan keputusan dari pembuatan pilihan ( choice making) dan dari pemecahan masalah ( problem solving). Dipihak lain, banyak penulis dan manajer menggunakan istilah “pembuatan keputusan dan pemecahan masalah” sebagai istilah yang dapat dipertukarkan, dan dalam bab ini akan digunakan istilah pembuatan keputusan yang mencakup artian keduanya.
Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. George P. Huber membedakan pembuatan keputusan dari pembuatan pilihan ( choice making) dan dari pemecahan masalah ( problem solving). Dipihak lain, banyak penulis dan manajer menggunakan istilah “pembuatan keputusan dan pemecahan masalah” sebagai istilah yang dapat dipertukarkan, dan dalam bab ini akan digunakan istilah pembuatan keputusan yang mencakup artian keduanya.
-
Tipe-tipe keputusan
·
Pada
dasarnya tipe-tipe pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua hal,
yaitu:
·
·
1. Keputusan
yang diprogramkan :
·
Keputusan
yang diprogramkan merupakan keputusan yang direncanakan sesuai dengan
kebiasaan, aturan, atau prosedur yang berlaku. Biasanya hasil atau dampak dari
keputusan ini tidak mengejutkan karena cenderung berulang-ulang dan lebih
bersifat rutinitas. Kehadiran keputusan ini sering dengan mudah dapat
diantisipasi sebelumnya oleh karyawan. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan
contoh dari tipe keputusan ini: Kegiatan audit mutu internal, Rapat tinjauan
manajemen, Pemeliharaan rutin, Pemeliharaan suku cadang secara rutin, Mengikuti
pelatihan yang direncanakan.
·
·
2.
Keputusan yang tidak diprogramkan :
·
Keputusan
yang tidak diprogramkan merupakan keputusan yang tidak direncanakan sebelumnya.
Biasanya berkenaan dengan masalah-masalah baru dan bersifat khusus. Dalam
menangani tipe keputusan ini, pimpinan cenderung menggunakan pertimbangan,
intuisi, dan kreativitas. Tipe keputusan ini relatif lebih sulit dibandingkan
dengan keputusan yang diprogramkan. Waktunya sering tidak bisa diduga, bersifat
darurat dan segera sehingga cukup menyulitkan pimpinan dalam mengambil
keputusan. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe keputusan ini:
Keluhan dari pelanggan, Keterlambatan distribusi ke pelanggan, Kerusakan mesin
yang berakibat fatal, Pengunduran diri personel inti, Unjuk rasa dan pemogokan
karyawan.
-
Proses pembuatan keputusan
Proses Pengambilan Keputusan
dalam Organisasi
Pengambilan
keputusan adalah menentukan suatu jalan keluar dengan berkomunikasi secara
bersama - sama. Keputusan terdiri dari :
·
Keputusan Strategis
Yaitu keputusan yang dibuat oleh
manajemen puncak dari suatu organisasi.
·
Keputusan Taktis
Keputusan yang diambil oleh
manajement menengah.
·
Keputusan Operasional
Keputusan yang dibuat oleh manajemen
bawah.
Pengambilan
keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai
alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan
masalah. Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan:
Menurut Herbert
A. Simon, Proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas tiga
langkah utama, yaitu:
- Kegiatan Intelijen
Menyangkut pencarian berbagai
kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan.
- Kegiatan Desain
Tahap ini menyangkut pembuatan
pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan yang mungkin
dilakukan.
- Kegiatan Pemilihan
Pemilihan
serangkaian kegiatan tertentu dari alternative yang tersedia.
4. Keterlibatan bawahan dalam pembuatan
keputusan
Para manejer akan sulit untuk
membuat keputusan tanpa melibatkan bawahan, keterlibatan ini dapat formal,
seperti pengunaan kelompok dalam pembuatan keputusan, atau informal, seperti
permintaan akan gagasan.
- 1. Pembuatan Keputusan Kelompok
Banyak manajer merasa bahwa
keputusan yang dibuat secara kelompok, seperti panitia lebih efektif karena
mereka memaksimumkan pengetahuan lain. Berbagai kebaikan dan kelemahan
pembuatan keputusan secara kelompok
|
Kebaikan
|
Kelemahan
|
|
1. Implementasi suatu
keputusan apakah dibuat oleh kelompok atau tidak, haru diselesaikan oleh para
manejersecara individual. Karena kelompok tidak diberikan tanggung jawab,
keputusan kelompok dapat menghasilkan situasi dimana tidak seorangpun merasa
bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
5. Bila
atasan terlilbat, atau salah satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan,
keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataannya bukan kep
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar